Selasa, 04 September 2012

KARAKTERISASI


Karakter adalah sarana untuk membawa penonton kedalam perjalanan emosinya. Adalah melalui karakter penonton mengalami emosi-emosinya sepanjang cerita berlangsung. Cerita yang relatif sederhana, menjadi kompleks melalui pengaruh dari karakter. Karakter yang dilukiskan dengan baik akan mendapatkan sesuatu dalam partisipasinya dalam cerita, dan cerita mendapatkan sesuatu dari keterlibatan karakter. Adalah karakter yang memberikan dimensi cerita dan menggerakkan cerita dalam arah yang baru dan menentukan alur cerita atau plot, sehingga dapat dikatakan “karakter adalah sebab” dan “plot adalah akibat”.
Karakter efektif memperlihatkan suatu kesan bahwa mereka adalah “orang yang sebenarnya”. Perilaku manusia meskipun kelihatannya tak terduga, namun itu semua tak pernah terjadi secara kebetulan. Karakterisasi mencakup semua fakta-fakta tentang kemanusiaan, yang membentuk karakter menjadi unik dan individual.
Untuk mengetahui fakta-fakta kemanusiaan, kita harus memiliki pengetahuan yang mencakup tentang dirinya. Misalnya, kita harus mengetahui umurnya, karena umur yang berbeda tentu saja memberikan perilaku yang berbeda, juga apakah dia laki-laki atau wanita, kita harus tahu profesi dan jabatannya. Kita akan menemukan dari sekian banyak pekerja, karakter individual membedaka antara pekerja yang satu dengan yang lain. Karakter efektif adalah karakter yang unik dengan karakteristik mereka yang individual (a unique human being).
Tentu saja karakter tidak hanya menunjukkan satu karakteristik saja, misalnya seorang yang pemarah atau bodoh, orang bisa jahat tetapi teguh pendirian dan juga pintar. Beberapa action sepanjang cerita bisa memperlihatkan beberapa karakteristik dari karakter, yang dapat dibangun dari tiga dimensi kemanusiaan (a human being) seseorang yang dihasilkan dari pengalaman-pengalaman masa lalunya, yaitu :
1.    Fisik (fisionomi)
2.    Psikis, dan
3.    Sosiologi.

A.  KONSISTENSI DAN PERKEMBANGAN
Dalam hal ini kita harus membedakan karakter dengan emosi sesaat (Passing Emotions). Orang yang marah bukan berarti pemarah. Perilaku yang berlanjut atau berulang membedakan karakter dengan “passing emotions”. Manusia akan beraksi atau bereaksi pada kasus tertentu dengan cara tertentu. Meskipun karakter manusia adalah percampuran dari berbagai faktor sehingga kadang terlihat kompleks, tetapi selalu konsisten.
Kita menciptakan action-action untuk menunjukkan karakteristik, dan action yang dipilih ini harus menunjukkan sifat yang konstandari karakterisasi. Setiap satu karakteristik diperlihatkan, karakteristik ini harus berlangsung secara konsisiten. Sifat konstan (konsistensi) merupakan atribut dari karakter. Kita tidak hanya memperlihatkan karakter tokoh sekali saja, tetapi harus menjaganya untuk seterusnya, dari scene ke scene, melalui pengulangan-pengulangan melalui proses dulikasi.
Karakter bukanlah subyek yang berubah. Kalupun ada perubahan, maka perubahan itu bukanlah suatu perubahan yang mendadak. Atau kalaupun ada perubahan mendadak, perubahan mendadak itu harus meyakinkan. Suatu film mungkin memilih suatu karakter yang konsisten, tetapi film lain bisa saja menampilkan perkembangan atau transformasi karakter, bahkan transformasi karakter, dapat menjadi ekstrim bergerak menuju posisi yang berlawanan. Perkembangan karakter berarti watak semula berubah pada watak terakhirnya. Karakter berkembang secara meyakinkan dalam film hanya apabiladalam pengertian mereka belajar dari pengalaman.
Dalam upaya membuat karakter yang berkembang, mereka membutuhkan faktor penyebab perubahan yang meyakinkan (Believeable), yang mungkin disebabkan pengaruh cerita dan atau pengaruh karakter yang lain. Dalam hal ini karakterisasi adalah “proses menjadi”. Karakter belajar dan tumbuh melalui pengalaman-pengalamannya, berkembang dan semakin dipertajam oleh peristiwa-peristiwa dan interaksinya dengan karakter yang lain.
Perlu waktu untuk transformasi karakter, perubahan tidak hanya terjadi dalam beberapa halaman saja. Hampir salalu mengambil tiga babakan keseluruhan untuk melakukan transformasi, ini adalah proses yang berlangsung secara perlahan-lahan. Umumnya karakter pada mulanya mempunyai kekurangan atau kelemahan, yang pada klimaks cerita kekurangan atau kelemahan itu dapat diatasinya. Karakter pada akhirnya berubah dan mendapatkan pencerahan dan penonton secara emosional menyukai perubahan ini.


B.  KARAKTER DATAR DAN DIMENSIONAL
Pada beberapa film, karakter adalah hasil dari penyederhanaan sifat-sifat kemanusiaan yang sebenarnya. Karakter yang hanya muncul dengan salah satu karakterisasinya saja disebut karakter yang datar (a flat character). Film anak-anak misalnya, umumnya tidak menampilkan karakter-karakter yang kompleks karena anak- anak belum bisa memahami kompleksitas yang ada. Ketika karakter muncul dengan segenap kompleksitas karakteristiknya, karakter tersebut dapat dikatakan sebagai karakter yang bulat (a round character), atau karakter dimensional.
Untuk menciptakan karakter dimensional, kta harus memahami dengan apa yang disebut dengan Kunci Karakter. Kunci karakter (Character Key atau Character Spine), yaitu karekteristik yang dominan pada suatu karakter. Kita mungkin menemukan manusia dengan karakter yang sangat kompleks, tetapi serumit-rumitnya karakter pasti ada kesan umum yang muncul secara menonjol pada karakter itu.
Kesan umum dari suatu karakter, mungkin; kecantikannya, atau kecerdasannya atau bahkan kesombongannya. Inilah karakter dominannya dan dengan demikian menjadi kunci karakternya. Untuk menciptakan karakter dimensional, kita harus terlebih dahulu menetapkan “Character Key”, baru kemudian mengembangkan dan memperkayanya dengan kepribadian di sekeliling “Character Key” ini.
Karakterisasi membuka tempat-tempat tersembunyi dan mungkin sudut-sudut gelap diruang hati dan didalam fikiran seseorang. Seperti dalam kehidupan nyata, kita banyak menyembunyikan sisi-sisi kehidupan kita. Bahkan seperti gunung es, sisi yang tersembunyi ini malah sisi yang paling besar dibanding yang muncul dipermukaannya. Film menyingkapkan apa yang tersembunyi ini dalam krisis, tekanan-tekanan akan membuat apa yang tersembunyi ini muncul kepermukaan.

C.  KONTRAS KARAKTER
Dramatik saling mempengaruhi antar karaktertergantung pada kontras. Karakter-karakter, meskipun katakanlah berupa keluarga kecil, harus mempunyai perbedaan yang nyata, baik secara fisik maupun psikis. Protagonis dan antagonis tidak harus selalu dalam kutub yang terpisah. Dapat saja keduanya bekerja dalam tempat yang sama, tetapi secara individual, mereka harus dibentuk dari karakteristik yang sangat berbeda. Perbedaan yang akan menciptakan konflik dimana krisis akan muncul.
D.  KARAKTER KLISE
Bila kita menyebutkan tokoh profesor, maka yang langsung terbayang di benak kita adalah tokoh laki-laki tua dengan rambut yang sudah memutih semua, berkacamata dan mengenakan jubah putih yang menjuntai sampai ke lantai. Karakteristik semacam ini sudah terlalu sering ditampilkan sehingga menjadi gambaran umum dan dengan demikian sudah tidak menarik lagi. Ini dinamakan karakter klise.
Kita harus menghindari atau bahkan menolak karakter klise. Ciptakan tokoh dengan karakterisitik yang segar, bahkan karakter yang melawan gambaran-gambaran umum, sehingga daya tarik pada penonton.

E.  PENGUNGKAPAN KARAKTER
Dalam novel atau buku-buku cerita, sebuah karakter dapat dideskripsikan secara langsung, tetapi seperti yang telah dibahas sebelumnya, film merupakan media yang memiliki karakteristik yang lain dibandingkan dengan novel atau buku-buku cerita. Film menggunakan unsur gambar dan unsur suara, sehingga melalui dua unsur inilah karakter dapat diungkapkan.
Ciri-ciri fisik (fisionomi) merupakan karakteristik yang secara langsung dapat terlihat di layar. Seseorang mungkin berbadan gemuk atau kerempeng, tinggi atau kurus, berambut keriting atau lurus. Juga termasuk dalam hal ini adalah cacat fisik, yang kadang menjadi karakteristik penting semisal pada tokoh Quasimodo dalam “Si Bongkok dari Notre-dame”.
Selain ciri-ciri fisik, maka action juga merupakan unsur yang mengungkapkan karakteristik karakter. Karakter tidak bisa berdiri sendiri tanpa aksi (action). Orang tidak dapat dikatakan “jahat” atau “tidak jahat”, sampai mereka melakukan suatu aksi atau reaksi jahat atau baik. Kita membicarakan aksi atau reaksi bukan hanya dalam batasan melakukan sesuatu. Tetapi juga berbicara (dialog) adalah juga sebanding dengan mencuri, mencium atau membunuh. Karakter seseorang terungkap bukan hanya pada “isi” pembicaran, tetapi juga “cara” mengatakannya.
Sering “side action” yang tidak penting mencukupi lebih banyak informasi tentang karakter dibandingkan dengan peristiwa berdarah atau pembunuhan. Orang yang menendang anjing sepulang kantor, atau cewek yang mencoba mengeluarkan uang logamnya dari telpon umum selesai menelpon, memberikan banyak informasi tentang karakter mereka.
Eksposisi karakter tidak hanya melalui aksinya sendiri, tetapi juga bisa melalui action dan perilaku dari orang-orang lain terhadapnya. Dalam hal ini karakter seseorang bisa ditampilkan dari reaksi orang lain, bahkan sebelum tokohnya diperlihatkan. Unsur-unsur lain juga dapat digunakan untuk makin melengkapi eksposisi karakter. Kostum mengungkapkan karakter pemakainya, ruang tamu atau sebuah kamar mengungkapkan karakter pemiliknya, bahakan sebelum tokohnya muncul dilayar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar