Karakter adalah sarana
untuk membawa penonton kedalam perjalanan emosinya. Adalah melalui karakter
penonton mengalami emosi-emosinya sepanjang cerita berlangsung. Cerita yang
relatif sederhana, menjadi kompleks melalui pengaruh dari karakter. Karakter
yang dilukiskan dengan baik akan mendapatkan sesuatu dalam partisipasinya dalam
cerita, dan cerita mendapatkan sesuatu dari keterlibatan karakter. Adalah
karakter yang memberikan dimensi cerita dan menggerakkan cerita dalam arah yang
baru dan menentukan alur cerita atau plot, sehingga dapat dikatakan “karakter
adalah sebab” dan “plot adalah akibat”.
Karakter efektif
memperlihatkan suatu kesan bahwa mereka adalah “orang yang sebenarnya”.
Perilaku manusia meskipun kelihatannya tak terduga, namun itu semua tak pernah
terjadi secara kebetulan. Karakterisasi mencakup semua fakta-fakta tentang
kemanusiaan, yang membentuk karakter menjadi unik dan individual.
Untuk mengetahui fakta-fakta
kemanusiaan, kita harus memiliki pengetahuan yang mencakup tentang dirinya.
Misalnya, kita harus mengetahui umurnya, karena umur yang berbeda tentu saja
memberikan perilaku yang berbeda, juga apakah dia laki-laki atau wanita, kita
harus tahu profesi dan jabatannya. Kita akan menemukan dari sekian banyak
pekerja, karakter individual membedaka antara pekerja yang satu dengan yang
lain. Karakter efektif adalah karakter yang unik dengan karakteristik mereka
yang individual (a unique human being).
Tentu saja karakter tidak hanya
menunjukkan satu karakteristik saja, misalnya seorang yang pemarah atau bodoh,
orang bisa jahat tetapi teguh pendirian dan juga pintar. Beberapa action sepanjang
cerita bisa memperlihatkan beberapa karakteristik dari karakter, yang dapat
dibangun dari tiga dimensi kemanusiaan (a human being) seseorang yang
dihasilkan dari pengalaman-pengalaman masa lalunya, yaitu :
1.
Fisik (fisionomi)
2.
Psikis, dan
3.
Sosiologi.
A. KONSISTENSI DAN PERKEMBANGAN
Dalam
hal ini kita harus membedakan karakter dengan emosi sesaat (Passing
Emotions). Orang yang marah bukan berarti pemarah. Perilaku yang berlanjut
atau berulang membedakan karakter dengan “passing emotions”. Manusia
akan beraksi atau bereaksi pada kasus tertentu dengan cara tertentu. Meskipun
karakter manusia adalah percampuran dari berbagai faktor sehingga kadang
terlihat kompleks, tetapi selalu konsisten.
Kita
menciptakan action-action untuk menunjukkan karakteristik, dan action
yang dipilih ini harus menunjukkan sifat yang konstandari karakterisasi.
Setiap satu karakteristik diperlihatkan, karakteristik ini harus berlangsung
secara konsisiten. Sifat konstan (konsistensi) merupakan atribut dari karakter.
Kita tidak hanya memperlihatkan karakter tokoh sekali saja, tetapi harus
menjaganya untuk seterusnya, dari scene ke scene, melalui
pengulangan-pengulangan melalui proses dulikasi.
Karakter
bukanlah subyek yang berubah. Kalupun ada perubahan, maka perubahan itu
bukanlah suatu perubahan yang mendadak. Atau kalaupun ada perubahan mendadak,
perubahan mendadak itu harus meyakinkan. Suatu film mungkin memilih suatu
karakter yang konsisten, tetapi film lain bisa saja menampilkan perkembangan
atau transformasi karakter, bahkan transformasi karakter, dapat menjadi ekstrim
bergerak menuju posisi yang berlawanan. Perkembangan karakter berarti watak
semula berubah pada watak terakhirnya. Karakter berkembang secara meyakinkan
dalam film hanya apabiladalam pengertian mereka belajar dari pengalaman.
Dalam
upaya membuat karakter yang berkembang, mereka membutuhkan faktor penyebab
perubahan yang meyakinkan (Believeable), yang mungkin disebabkan
pengaruh cerita dan atau pengaruh karakter yang lain. Dalam hal ini
karakterisasi adalah “proses menjadi”. Karakter belajar dan tumbuh melalui
pengalaman-pengalamannya, berkembang dan semakin dipertajam oleh
peristiwa-peristiwa dan interaksinya dengan karakter yang lain.
Perlu
waktu untuk transformasi karakter, perubahan tidak hanya terjadi dalam beberapa
halaman saja. Hampir salalu mengambil tiga babakan keseluruhan untuk melakukan
transformasi, ini adalah proses yang berlangsung secara perlahan-lahan. Umumnya
karakter pada mulanya mempunyai kekurangan atau kelemahan, yang pada klimaks
cerita kekurangan atau kelemahan itu dapat diatasinya. Karakter pada akhirnya
berubah dan mendapatkan pencerahan dan penonton secara emosional menyukai
perubahan ini.
B. KARAKTER DATAR DAN DIMENSIONAL
Pada
beberapa film, karakter adalah hasil dari penyederhanaan sifat-sifat
kemanusiaan yang sebenarnya. Karakter yang hanya muncul dengan salah satu
karakterisasinya saja disebut karakter yang datar (a flat character).
Film anak-anak misalnya, umumnya tidak menampilkan karakter-karakter yang
kompleks karena anak- anak belum bisa memahami kompleksitas yang ada. Ketika
karakter muncul dengan segenap kompleksitas karakteristiknya, karakter tersebut
dapat dikatakan sebagai karakter yang bulat (a round character), atau
karakter dimensional.
Untuk
menciptakan karakter dimensional, kta harus memahami dengan apa yang disebut
dengan Kunci Karakter. Kunci karakter (Character Key atau Character
Spine), yaitu karekteristik yang dominan pada suatu karakter. Kita mungkin
menemukan manusia dengan karakter yang sangat kompleks, tetapi serumit-rumitnya
karakter pasti ada kesan umum yang muncul secara menonjol pada karakter itu.
Kesan
umum dari suatu karakter, mungkin; kecantikannya, atau kecerdasannya atau
bahkan kesombongannya. Inilah karakter dominannya dan dengan demikian menjadi
kunci karakternya. Untuk menciptakan karakter dimensional, kita harus terlebih
dahulu menetapkan “Character Key”, baru kemudian mengembangkan dan
memperkayanya dengan kepribadian di sekeliling “Character Key” ini.
Karakterisasi
membuka tempat-tempat tersembunyi dan mungkin sudut-sudut gelap diruang hati
dan didalam fikiran seseorang. Seperti dalam kehidupan nyata, kita banyak
menyembunyikan sisi-sisi kehidupan kita. Bahkan seperti gunung es, sisi yang
tersembunyi ini malah sisi yang paling besar dibanding yang muncul
dipermukaannya. Film menyingkapkan apa yang tersembunyi ini dalam krisis, tekanan-tekanan
akan membuat apa yang tersembunyi ini muncul kepermukaan.
C. KONTRAS KARAKTER
Dramatik
saling mempengaruhi antar karaktertergantung pada kontras. Karakter-karakter,
meskipun katakanlah berupa keluarga kecil, harus mempunyai perbedaan yang nyata,
baik secara fisik maupun psikis. Protagonis dan antagonis tidak harus selalu
dalam kutub yang terpisah. Dapat saja keduanya bekerja dalam tempat yang sama,
tetapi secara individual, mereka harus dibentuk dari karakteristik yang sangat
berbeda. Perbedaan yang akan menciptakan konflik dimana krisis akan muncul.
D. KARAKTER KLISE
Bila
kita menyebutkan tokoh profesor, maka yang langsung terbayang di benak kita
adalah tokoh laki-laki tua dengan rambut yang sudah memutih semua, berkacamata
dan mengenakan jubah putih yang menjuntai sampai ke lantai. Karakteristik
semacam ini sudah terlalu sering ditampilkan sehingga menjadi gambaran umum dan
dengan demikian sudah tidak menarik lagi. Ini dinamakan karakter klise.
Kita
harus menghindari atau bahkan menolak karakter klise. Ciptakan tokoh dengan
karakterisitik yang segar, bahkan karakter yang melawan gambaran-gambaran umum,
sehingga daya tarik pada penonton.
E. PENGUNGKAPAN KARAKTER
Dalam
novel atau buku-buku cerita, sebuah karakter dapat dideskripsikan secara langsung,
tetapi seperti yang telah dibahas sebelumnya, film merupakan media yang
memiliki karakteristik yang lain dibandingkan dengan novel atau buku-buku
cerita. Film menggunakan unsur gambar dan unsur suara, sehingga melalui dua
unsur inilah karakter dapat diungkapkan.
Ciri-ciri
fisik (fisionomi) merupakan karakteristik yang secara langsung dapat terlihat
di layar. Seseorang mungkin berbadan gemuk atau kerempeng, tinggi atau kurus,
berambut keriting atau lurus. Juga termasuk dalam hal ini adalah cacat fisik,
yang kadang menjadi karakteristik penting semisal pada tokoh Quasimodo dalam
“Si Bongkok dari Notre-dame”.
Selain
ciri-ciri fisik, maka action juga merupakan unsur yang mengungkapkan
karakteristik karakter. Karakter tidak bisa berdiri sendiri tanpa aksi (action).
Orang tidak dapat dikatakan “jahat” atau “tidak jahat”, sampai mereka
melakukan suatu aksi atau reaksi jahat atau baik. Kita membicarakan aksi atau
reaksi bukan hanya dalam batasan melakukan sesuatu. Tetapi juga berbicara
(dialog) adalah juga sebanding dengan mencuri, mencium atau membunuh. Karakter
seseorang terungkap bukan hanya pada “isi” pembicaran, tetapi juga “cara”
mengatakannya.
Sering
“side action” yang tidak penting mencukupi lebih banyak informasi
tentang karakter dibandingkan dengan peristiwa berdarah atau pembunuhan. Orang
yang menendang anjing sepulang kantor, atau cewek yang mencoba mengeluarkan
uang logamnya dari telpon umum selesai menelpon, memberikan banyak informasi
tentang karakter mereka.
Eksposisi
karakter tidak hanya melalui aksinya sendiri, tetapi juga bisa melalui action
dan perilaku dari orang-orang lain terhadapnya. Dalam hal ini karakter
seseorang bisa ditampilkan dari reaksi orang lain, bahkan sebelum tokohnya
diperlihatkan. Unsur-unsur lain juga dapat digunakan untuk makin melengkapi
eksposisi karakter. Kostum mengungkapkan karakter pemakainya, ruang tamu atau
sebuah kamar mengungkapkan karakter pemiliknya, bahakan sebelum tokohnya muncul
dilayar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar