Berdasarkan
definisi bahwa film adalah cerita yang dituturkan pada penonton melalui
rangkaian gambar bergerak. Setelah kita memahami media yang akan kita gunakan
untuk menuturkan suatu cerita, maka tentu kita harus mempunyai cerita yang akan
kita tuturkan.
A.
IDE
POKOK DAN TEMA
Banyak
istilah dan definisi yang diajukan dalam berbagai reverensi mengenai Ide pokok
dan Tema. Akan tetapi disini pengertian Ide pokok dan Tema dipilih semata-mata
karena pertimbangan praktis bagi kepentingan penulis skenario film.
IDE POKOK adalah satu kalimat perenungan
yang ingin disampaikan pembuat film kepada penontonnya.
Bobot
ide pokok ini akan menentukan bobot suatu film. BOBOT FILM ditentukan oleh
bobot IDE POKOK dan CARA PENYAJIAN. BOBOT IDE POKOK ditentukan oleh KEDALAMAN
PEMIKIRAN dan KELUASAN JANGKAUANNYA, artinya semakin mendalam pemikiran dan
semakin luas jangkauan pemikiran (semakin universal) maka semakin berbobot ide
pokoknya. Ide pokok dirumuskan dalam SATU KALIMAT PERYATAAN.
Setelah
kita menentukan ide pokok, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan TEMA.
Tema menjawab pertanyaan, cerita ini bertutur tentang SIAPA yang BAGAIMANA ?
Tema dirumuskan dalam bentuk :
Tentang ……………
(protagonis), yang …………… (action).
Setiap
cerita film adalah tentang karakter (atau beberapa karakter) yang melakukan
suatu aksi (action).
Tema
harus mencerminkan Ide Pokok yang ingin disampaikan, misalnya :
Ide
Pokok : Cinta tidak mengenal
perbedaan status sosial.
Tema
: Tentang seorang
milyuner yang jatuh cinta pada pelacur.
Sebagaimana
yang telah diuraikan, tema dirumuskan dengan : “Tentang………. (protagonis) yang
…………(action). Berdasarkan rumusan ini, kita mempunyai dua unsur penting dari
tema, yaitu PROTAGONIS dan ACTION.
B.
PROTAGONIS
Tokoh protagonis adalah tokoh yang sanggup
menimbulkan PROSES IDENTIFIKASI pada penonton. Penonton menyamakan dirinya
dengan tokoh protagonis sehingga penonton ikut merasakan suka dukanya. Proses
identifikasi terjadi bila penonton SIMPATI pada tokoh protagonis. Penonton
bersimpati pada protagonis bila tokoh protagonis melakukan suatu “KEBAIKAN”.
“Kebaikan” dalam hal ini dituliskan
dalam tanda kutip, karena yang dimaksud kebaikan ini relatif sifatnya.
C. ACTION
Action terjadi bukannya tanpa
sebab. Tak ada action tanpa sebab, baik action dari benda mati atau manusia.
Proses terjadinya action mengikuti hukum alamiah tertentu.
Manusia akan melakukan action
apabila merasakan sesuatu yang menyakitkan. Tanpa gangguan, tak ada action.
Orang harus diberi ketergangguan untuk membuatnya melakukan action. Orang
terganggu bila sesuatu atau seseorang menimbulkan rasa sakit.
Setelah motive tercipta melalui
rasa sakit, motive menghasilkan kehendak untuk mencapai suatu tujuan. Ada pun tujuan dari
kehendak adalah hilangnya ketergangguan. Karena tujuan dari kehendak adalah
menghilangkan rasa sakit, maka kehendak akan menempuh CARA YANG PALING CEPAT
DAN PALING PINTAS, karena orang ingin segera terbebas dari rasa sakit.
Tujuan tidak bisa langsung tercapai
karena kehendak harus menghadapi hambatan-hambatan. Begitu kehendak berhasil
mengatasi hambatan – hambatan, tujuan pasti tercapai, ketergangguan hilang dan
itu berarti berakhirnya Action.
1.
KONDISI
TANPA GANGGUAN
Tak ada action dihasilkan dari
keadaan tanpa gangguan. Jika film dimulai dengan kondisi ketergangguan, keadaan
tanpa gangguan harus terimplikasi atau tersirat.
2.
KETERGANGGUAN
Manusia merasakan sakit bila ia menginginkan sesuatu
tetapi tidak memilikinya, atau memiliki sesuatu tetapi tidak menginginkannya.
Ini dinamakan AFFINITY yang berarti mengingini sesuatu, dan REPULSION yang
berarti membenci sesuatu. Action berarti mendapatkan apa yang diinginkan atau
menghilangkan apa yang tidak diharapkan.
Ketergangguan ini bisa besar (orang yang dicintai
dibunuh) bisa juga kecil (digigit nyamuk), bisa fisik (dipukuli) bisa psikis
(dihina). Begitu ketergangguan terjadi, action mulai bergerak. Apabila tidak
jelas ketergangguannya, maka tidak akan jelas pula actionnya. Keterganguan
menjadi alasan (motive) terjadinya action.
3.
ALASAN (
Motive )
Apabila orang menanyakan alasan (motive), berarti ia
menanyakan Katergangguan. Sebagaimana yang sudah dijelaskan, ketergangguan
menimbulkan rasa sakit, sehingga alasan seseorang melakukan suatu action
pastilah karena sesuatu yang menyakitkan baginya (THE MOTIVE IS PAIN).
4.
KEHENDAK
Kehendak selalu mengarah/mendorong ke masa depan
(future). Segala sesuatu yang mengarah ke depan adalah kehendak.
Kehendak bisa besar bisa kecil. Besar kecilnya kehendak
ditentukan oleh dua hal, yaitu BESAR KECILNYA KETERGANGGUAN dan KUALITAS
KARAKTER.
Kehendak selalu mengingankan tercapainya tujuan (goal),
yaitu hilangnya keterganguan. Kehendak tidak bisa segera mencapai tujuannya
karena adanya hambatan-hambatan.
5.
HAMBATAN
Cerita tanpa suatu perjuangan (the struggle) tak akan
pernah menjadi cerita dramatik, tetapi hanya akan menjadi cerita deskriptif.
HAMBATAN BISA DIGUNAKAN UNTUK MENGUJI KEKUATAN KEHENDAK.
Seorang tokoh yang dihadapkan pada hambatan kecil saja sudah mundur, berarti
kehendaknya kecil. Tapi bila tokoh berani menghadapi hambatan yang besar,
berarti kehendaknya besar.
Hambatan bisa berupa hambatan pasif dan hambatan aktif.
Hambatan pasif disebabkan oleh suatu sifat keadaan atau hambatan yang bersifat
kebetulan. Sedangkan hambatan aktif adalah hambatan yang memang berusaha
menggagalkan tercapainya tujuan. Hambatan aktif menjadi hambatan yang paling
efektif bagi cerita dramatik. Kita bisa menciptakan tokoh untuk memenuhi tujuan
ini, yaitu tokoh ANTAGONIS.
ANTAGONIS adalah tokoh yang secara aktif
menghalang-halangi perjalanan kehendak protagonis. Atau, tokoh yang secara
aktif berusaha menggagalkan tujuan Protagonis. Tokoh antagonis tidak harus
tokoh penjahat, tetapi bisa saja seorang kiai, ibu mertua, dokter, polisi atau
bahkan seorang anak kecil. Prinsipnya, sejauh dia secara aktif
menghalang-halangi perjalanan kehendak atau tercapainya tujuan protagonis, maka
dia dinamakan antagonis.
Perbenturan antara kehendak dan hambatan dinamakan
dengan KONFLIK.
KONFLIK adalah perbenturan antara kehendak dengan
hambatan. Konflik bisa besar bisa kecil. Besar kecilnya konflik ditentukan oleh
dua hal : BESAR KECILNYA KEHENDAK dan BESAR KECILNYA HAMBATAN. Memperbesar atau
mempertinggi konflik berarti memperbesar atau mempetinggi kehendak dan
hambatan.
6.
TUJUAN
Kehendak mengarah pada Tujuan. Tujuan tak mungkin ada
tanpa adanya kehendak. Didalam cerita tidak semua kehendak mencapai Tujuan.
Bila tokoh protagonis berhasil mencapai tujuannya, maka
ini cerita diselesaikan dengan akhir yang menggembirakan (happy ending). Bila
tokoh protagonis gagal mencapai tujuannya maka cerita diselesaikan dengan akhir
yang menyedihkan (unhappy ending).
A. PLOT
PLOT adalah RANGKAIAN PERISTIWA-PERISTIWA YANG MEMILIKI
HUBUNGAN SEBAB AKIBAT YANG LOGIS.
Plot
terdiri dari PLOT UTAMA dan SUB PLOT. Plot Utama adalah plot dimana di dalamnya
terdapat TOKOH UTAMA PROTAGONIS dan PROBLEM UTAMA. Sedangkan di luar itu
dinamakan sub-plot. Sebuah film bisa saja mengandung banyak sub-plot, tetapi
dengan syarat, SUB PLOT HARUS MENUNJANG PLOT UTAMA dan KEKUATAN SUB-PLOT TIDAK
BOLEH LEBIH BESAR DIBANDING PLOT UTAMA.
B. LATAR
Tempat dan waktu terjadinya cerita inilah yang disebut
sebagai LATAR atau SETTING.
Faktor-faktor sosial ini misalnya adat istiadat, sikap
moral, struktur sosial, ekonomi, idelogi, agama, dan sebagainya.
Salah satu
fungsi paling umum dari latar adalah “kemiripan dengan realitas”. Tetapi fungsi
latar tidak hanya sebatas itu. Latar mempunyai pengaruh penting baik terhadap
karakterisasi dan cerita, maupun dalam membangun unsur-unsur artistik dan
dramatik film.
C. BASIC
STORY
Dalam
basic story ini kita menuliskan garis besar cerita ringkas, antara seperempat
sampai setengah lembar halaman kuarto. Basic Story menjadi tulang punggung
cerita. Basic Story bisa dijadikan pegangan atau patokan, supaya cerita tetap
berada dalam jalurnya dan tidak melenceng kemana-mana.
Meskipun bentuknya ringkas, namun Basic Story sudah
harus memuat garis besar beberapa hal penting, yaitu :
1.
Latar
(setting), tempat dan periode waktu terjadinya cerita,
2.
Tokoh
protagonis dan karakter utama lainnya,
3.
Problem
utama, ketergangguan yang dihadapi tokoh protagonis,
4.
Hambatan –
hambatan, Antagonis atau garis besar konflik – konflik utama yang terdapat
dalam cerita,
5.
Deskripsi
ringkas tentang perkembangan plot,
6.
Klimaks
dan penyelesaian.
D. SINOPSIS
Sinopsis,
dalam hal ini, bukanlah ringkasan cerita tetapi justru merupakan pengembangan
dari Basic Story. Dengan Basic Story sebagai tulang punggungnya, cerita kemudian
kita kembangkan dalam sinopsis. Kita menciptakan peristiwa – peristiwa, memilih
tempat dan waktu terjadinya peristiwa lengkap dengan suasana dan situasi
dramatiknya, kita mengembangkan plot dan sub plot, hambatan dan konflik,
karakteristik, dan bahkan kita sudah memperhitungkan unsur – unsur suaranya.
Karena sinopsis mengisi banyak detail dan secara jernih
memperlihatkan perkembangan plot cerita, sinopsis bisa mencapai lebih dari 40
halaman.
Oleh karena itu, dalam sinopsis beberapa hal di bawah ini
harus jelas :
1.
Tempat
maupun waktu kejadian,
2.
Tokoh-tokoh
dan karakterisasinya, termasuk pokok-pokok pembicaraan,
3.
Ketergantungan,
motive, kehendak dan tujuan masing-masing tokohnya,
4.
Hambatan-hambatan
dan penyelesaiannya, serta
5.
Plot, baik
utama maupun sub plot.
H. TREATMENT
Treatment adalah ringkasan detail dari srtuktur. Ini termasuk
deskripsi karakter, bagaimana dan kapan karakter – karakter ini muncul. Ini
juga termasuk deskripsi scene, aksi, garis besar dialog dan kadang – kadang
bila dianggap esensial dapat pula dimasukkan angle kamera atau tipe shot (type
of shot). Dalam treatment, urutan – urutan peristiwanya sudah harus sama dengan
urutan – urutan peristiwa yang terjadi pada filmnya nanti. Dalam treatmnt kita
juga menajamkan esensi plot dan karakterisasi dan membuatnya smenarik mungkin.
Treatment adalah kerangka skenario. Tugas utama treatment, membuat
sketsa penataan struktur dramatik.
Treatment harus baik. Skenario hrus berpegang pada treatment.
Perubahan yang mendadak bisa berakibat fatal karena mungkin struktur bisa
menjadi rusak atau kacau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar