Kamis, 23 Agustus 2012

CERITA


Berdasarkan definisi bahwa film adalah cerita yang dituturkan pada penonton melalui rangkaian gambar bergerak. Setelah kita memahami media yang akan kita gunakan untuk menuturkan suatu cerita, maka tentu kita harus mempunyai cerita yang akan kita tuturkan.

A.    IDE POKOK DAN TEMA

      Banyak istilah dan definisi yang diajukan dalam berbagai reverensi mengenai Ide pokok dan Tema. Akan tetapi disini pengertian Ide pokok dan Tema dipilih semata-mata karena pertimbangan praktis bagi kepentingan penulis skenario film.
IDE POKOK adalah satu kalimat perenungan yang ingin disampaikan pembuat film kepada penontonnya.
Bobot ide pokok ini akan menentukan bobot suatu film. BOBOT FILM ditentukan oleh bobot IDE POKOK dan CARA PENYAJIAN. BOBOT IDE POKOK ditentukan oleh KEDALAMAN PEMIKIRAN dan KELUASAN JANGKAUANNYA, artinya semakin mendalam pemikiran dan semakin luas jangkauan pemikiran (semakin universal) maka semakin berbobot ide pokoknya. Ide pokok dirumuskan dalam SATU KALIMAT PERYATAAN.
Setelah kita menentukan ide pokok, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan TEMA. Tema menjawab pertanyaan, cerita ini bertutur tentang SIAPA yang BAGAIMANA ? Tema dirumuskan dalam bentuk :

Tentang …………… (protagonis), yang …………… (action).

Setiap cerita film adalah tentang karakter (atau beberapa karakter) yang melakukan suatu aksi (action).

Tema harus mencerminkan Ide Pokok yang ingin disampaikan, misalnya :
Ide Pokok             : Cinta tidak mengenal perbedaan status sosial.
Tema                     : Tentang seorang milyuner yang jatuh cinta pada pelacur.

Sebagaimana yang telah diuraikan, tema dirumuskan dengan : “Tentang………. (protagonis) yang …………(action). Berdasarkan rumusan ini, kita mempunyai dua unsur penting dari tema, yaitu PROTAGONIS dan ACTION.

B.     PROTAGONIS

      Tokoh protagonis adalah tokoh yang sanggup menimbulkan PROSES IDENTIFIKASI pada penonton. Penonton menyamakan dirinya dengan tokoh protagonis sehingga penonton ikut merasakan suka dukanya. Proses identifikasi terjadi bila penonton SIMPATI pada tokoh protagonis. Penonton bersimpati pada protagonis bila tokoh protagonis melakukan suatu “KEBAIKAN”.

“Kebaikan” dalam hal ini dituliskan dalam tanda kutip, karena yang dimaksud kebaikan ini relatif sifatnya.

C.    ACTION

Action terjadi bukannya tanpa sebab. Tak ada action tanpa sebab, baik action dari benda mati atau manusia. Proses terjadinya action mengikuti hukum alamiah tertentu.

Manusia akan melakukan action apabila merasakan sesuatu yang menyakitkan. Tanpa gangguan, tak ada action. Orang harus diberi ketergangguan untuk membuatnya melakukan action. Orang terganggu bila sesuatu atau seseorang menimbulkan rasa sakit.

Setelah motive tercipta melalui rasa sakit, motive menghasilkan kehendak untuk mencapai suatu tujuan. Ada pun tujuan dari kehendak adalah hilangnya ketergangguan. Karena tujuan dari kehendak adalah menghilangkan rasa sakit, maka kehendak akan menempuh CARA YANG PALING CEPAT DAN PALING PINTAS, karena orang ingin segera terbebas dari rasa sakit.

Tujuan tidak bisa langsung tercapai karena kehendak harus menghadapi hambatan-hambatan. Begitu kehendak berhasil mengatasi hambatan – hambatan, tujuan pasti tercapai, ketergangguan hilang dan itu berarti berakhirnya Action.

1.      KONDISI TANPA GANGGUAN
Tak ada action dihasilkan dari keadaan tanpa gangguan. Jika film dimulai dengan kondisi ketergangguan, keadaan tanpa gangguan harus terimplikasi atau tersirat.

2.      KETERGANGGUAN
Manusia merasakan sakit bila ia menginginkan sesuatu tetapi tidak memilikinya, atau memiliki sesuatu tetapi tidak menginginkannya. Ini dinamakan AFFINITY yang berarti mengingini sesuatu, dan REPULSION yang berarti membenci sesuatu. Action berarti mendapatkan apa yang diinginkan atau menghilangkan apa yang tidak diharapkan.
Ketergangguan ini bisa besar (orang yang dicintai dibunuh) bisa juga kecil (digigit nyamuk), bisa fisik (dipukuli) bisa psikis (dihina). Begitu ketergangguan terjadi, action mulai bergerak. Apabila tidak jelas ketergangguannya, maka tidak akan jelas pula actionnya. Keterganguan menjadi alasan (motive) terjadinya action.

3.      ALASAN ( Motive )
Apabila orang menanyakan alasan (motive), berarti ia menanyakan Katergangguan. Sebagaimana yang sudah dijelaskan, ketergangguan menimbulkan rasa sakit, sehingga alasan seseorang melakukan suatu action pastilah karena sesuatu yang menyakitkan baginya (THE MOTIVE IS PAIN).

4.      KEHENDAK
Kehendak selalu mengarah/mendorong ke masa depan (future). Segala sesuatu yang mengarah ke depan adalah kehendak.
Kehendak bisa besar bisa kecil. Besar kecilnya kehendak ditentukan oleh dua hal, yaitu BESAR KECILNYA KETERGANGGUAN dan KUALITAS KARAKTER.
Kehendak selalu mengingankan tercapainya tujuan (goal), yaitu hilangnya keterganguan. Kehendak tidak bisa segera mencapai tujuannya karena adanya hambatan-hambatan.

5.      HAMBATAN
Cerita tanpa suatu perjuangan (the struggle) tak akan pernah menjadi cerita dramatik, tetapi hanya akan menjadi cerita deskriptif.
HAMBATAN BISA DIGUNAKAN UNTUK MENGUJI KEKUATAN KEHENDAK. Seorang tokoh yang dihadapkan pada hambatan kecil saja sudah mundur, berarti kehendaknya kecil. Tapi bila tokoh berani menghadapi hambatan yang besar, berarti kehendaknya besar.

Hambatan bisa berupa hambatan pasif dan hambatan aktif. Hambatan pasif disebabkan oleh suatu sifat keadaan atau hambatan yang bersifat kebetulan. Sedangkan hambatan aktif adalah hambatan yang memang berusaha menggagalkan tercapainya tujuan. Hambatan aktif menjadi hambatan yang paling efektif bagi cerita dramatik. Kita bisa menciptakan tokoh untuk memenuhi tujuan ini, yaitu tokoh ANTAGONIS.

ANTAGONIS adalah tokoh yang secara aktif menghalang-halangi perjalanan kehendak protagonis. Atau, tokoh yang secara aktif berusaha menggagalkan tujuan Protagonis. Tokoh antagonis tidak harus tokoh penjahat, tetapi bisa saja seorang kiai, ibu mertua, dokter, polisi atau bahkan seorang anak kecil. Prinsipnya, sejauh dia secara aktif menghalang-halangi perjalanan kehendak atau tercapainya tujuan protagonis, maka dia dinamakan antagonis.
Perbenturan antara kehendak dan hambatan dinamakan dengan KONFLIK. 
KONFLIK adalah perbenturan antara kehendak dengan hambatan. Konflik bisa besar bisa kecil. Besar kecilnya konflik ditentukan oleh dua hal : BESAR KECILNYA KEHENDAK dan BESAR KECILNYA HAMBATAN. Memperbesar atau mempertinggi konflik berarti memperbesar atau mempetinggi kehendak dan hambatan.

6.      TUJUAN
Kehendak mengarah pada Tujuan. Tujuan tak mungkin ada tanpa adanya kehendak. Didalam cerita tidak semua kehendak mencapai Tujuan.
Bila tokoh protagonis berhasil mencapai tujuannya, maka ini cerita diselesaikan dengan akhir yang menggembirakan (happy ending). Bila tokoh protagonis gagal mencapai tujuannya maka cerita diselesaikan dengan akhir yang menyedihkan (unhappy ending).

A.    PLOT
PLOT adalah RANGKAIAN PERISTIWA-PERISTIWA YANG MEMILIKI HUBUNGAN SEBAB AKIBAT YANG LOGIS.

Plot terdiri dari PLOT UTAMA dan SUB PLOT. Plot Utama adalah plot dimana di dalamnya terdapat TOKOH UTAMA PROTAGONIS dan PROBLEM UTAMA. Sedangkan di luar itu dinamakan sub-plot. Sebuah film bisa saja mengandung banyak sub-plot, tetapi dengan syarat, SUB PLOT HARUS MENUNJANG PLOT UTAMA dan KEKUATAN SUB-PLOT TIDAK BOLEH LEBIH BESAR DIBANDING PLOT UTAMA.

B.     LATAR
Tempat dan waktu terjadinya cerita inilah yang disebut sebagai LATAR atau SETTING.
Faktor-faktor sosial ini misalnya adat istiadat, sikap moral, struktur sosial, ekonomi, idelogi, agama, dan sebagainya.
Salah satu fungsi paling umum dari latar adalah “kemiripan dengan realitas”. Tetapi fungsi latar tidak hanya sebatas itu. Latar mempunyai pengaruh penting baik terhadap karakterisasi dan cerita, maupun dalam membangun unsur-unsur artistik dan dramatik film.

C.    BASIC STORY
Dalam basic story ini kita menuliskan garis besar cerita ringkas, antara seperempat sampai setengah lembar halaman kuarto. Basic Story menjadi tulang punggung cerita. Basic Story bisa dijadikan pegangan atau patokan, supaya cerita tetap berada dalam jalurnya dan tidak melenceng kemana-mana.

Meskipun bentuknya ringkas, namun Basic Story sudah harus memuat garis besar beberapa hal penting, yaitu :
1.      Latar (setting), tempat dan periode waktu terjadinya cerita,
2.      Tokoh protagonis dan karakter utama lainnya,
3.      Problem utama, ketergangguan yang dihadapi tokoh protagonis,
4.      Hambatan – hambatan, Antagonis atau garis besar konflik – konflik utama yang terdapat dalam cerita,
5.      Deskripsi ringkas tentang perkembangan plot,
6.      Klimaks dan penyelesaian.

D.    SINOPSIS
Sinopsis, dalam hal ini, bukanlah ringkasan cerita tetapi justru merupakan pengembangan dari Basic Story. Dengan Basic Story sebagai tulang punggungnya, cerita kemudian kita kembangkan dalam sinopsis. Kita menciptakan peristiwa – peristiwa, memilih tempat dan waktu terjadinya peristiwa lengkap dengan suasana dan situasi dramatiknya, kita mengembangkan plot dan sub plot, hambatan dan konflik, karakteristik, dan bahkan kita sudah memperhitungkan unsur – unsur suaranya.

Karena sinopsis mengisi banyak detail dan secara jernih memperlihatkan perkembangan plot cerita, sinopsis bisa mencapai lebih dari 40 halaman.
Oleh karena itu, dalam sinopsis beberapa hal di bawah ini harus jelas :
1.      Tempat maupun waktu kejadian,
2.      Tokoh-tokoh dan karakterisasinya, termasuk pokok-pokok pembicaraan,
3.      Ketergantungan, motive, kehendak dan tujuan masing-masing tokohnya,
4.      Hambatan-hambatan dan penyelesaiannya, serta
5.      Plot, baik utama maupun sub plot.

H.  TREATMENT
Treatment adalah ringkasan detail dari srtuktur. Ini termasuk deskripsi karakter, bagaimana dan kapan karakter – karakter ini muncul. Ini juga termasuk deskripsi scene, aksi, garis besar dialog dan kadang – kadang bila dianggap esensial dapat pula dimasukkan angle kamera atau tipe shot (type of shot). Dalam treatment, urutan – urutan peristiwanya sudah harus sama dengan urutan – urutan peristiwa yang terjadi pada filmnya nanti. Dalam treatmnt kita juga menajamkan esensi plot dan karakterisasi dan membuatnya smenarik mungkin.

Treatment adalah kerangka skenario. Tugas utama treatment, membuat sketsa penataan struktur dramatik.

Treatment harus baik. Skenario hrus berpegang pada treatment. Perubahan yang mendadak bisa berakibat fatal karena mungkin struktur bisa menjadi rusak atau kacau.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar