Kamis, 23 Agustus 2012

CERITA


Berdasarkan definisi bahwa film adalah cerita yang dituturkan pada penonton melalui rangkaian gambar bergerak. Setelah kita memahami media yang akan kita gunakan untuk menuturkan suatu cerita, maka tentu kita harus mempunyai cerita yang akan kita tuturkan.

A.    IDE POKOK DAN TEMA

      Banyak istilah dan definisi yang diajukan dalam berbagai reverensi mengenai Ide pokok dan Tema. Akan tetapi disini pengertian Ide pokok dan Tema dipilih semata-mata karena pertimbangan praktis bagi kepentingan penulis skenario film.
IDE POKOK adalah satu kalimat perenungan yang ingin disampaikan pembuat film kepada penontonnya.
Bobot ide pokok ini akan menentukan bobot suatu film. BOBOT FILM ditentukan oleh bobot IDE POKOK dan CARA PENYAJIAN. BOBOT IDE POKOK ditentukan oleh KEDALAMAN PEMIKIRAN dan KELUASAN JANGKAUANNYA, artinya semakin mendalam pemikiran dan semakin luas jangkauan pemikiran (semakin universal) maka semakin berbobot ide pokoknya. Ide pokok dirumuskan dalam SATU KALIMAT PERYATAAN.
Setelah kita menentukan ide pokok, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan TEMA. Tema menjawab pertanyaan, cerita ini bertutur tentang SIAPA yang BAGAIMANA ? Tema dirumuskan dalam bentuk :

Tentang …………… (protagonis), yang …………… (action).

Setiap cerita film adalah tentang karakter (atau beberapa karakter) yang melakukan suatu aksi (action).

Tema harus mencerminkan Ide Pokok yang ingin disampaikan, misalnya :
Ide Pokok             : Cinta tidak mengenal perbedaan status sosial.
Tema                     : Tentang seorang milyuner yang jatuh cinta pada pelacur.

Sebagaimana yang telah diuraikan, tema dirumuskan dengan : “Tentang………. (protagonis) yang …………(action). Berdasarkan rumusan ini, kita mempunyai dua unsur penting dari tema, yaitu PROTAGONIS dan ACTION.

B.     PROTAGONIS

      Tokoh protagonis adalah tokoh yang sanggup menimbulkan PROSES IDENTIFIKASI pada penonton. Penonton menyamakan dirinya dengan tokoh protagonis sehingga penonton ikut merasakan suka dukanya. Proses identifikasi terjadi bila penonton SIMPATI pada tokoh protagonis. Penonton bersimpati pada protagonis bila tokoh protagonis melakukan suatu “KEBAIKAN”.

“Kebaikan” dalam hal ini dituliskan dalam tanda kutip, karena yang dimaksud kebaikan ini relatif sifatnya.

C.    ACTION

Action terjadi bukannya tanpa sebab. Tak ada action tanpa sebab, baik action dari benda mati atau manusia. Proses terjadinya action mengikuti hukum alamiah tertentu.

Manusia akan melakukan action apabila merasakan sesuatu yang menyakitkan. Tanpa gangguan, tak ada action. Orang harus diberi ketergangguan untuk membuatnya melakukan action. Orang terganggu bila sesuatu atau seseorang menimbulkan rasa sakit.

Setelah motive tercipta melalui rasa sakit, motive menghasilkan kehendak untuk mencapai suatu tujuan. Ada pun tujuan dari kehendak adalah hilangnya ketergangguan. Karena tujuan dari kehendak adalah menghilangkan rasa sakit, maka kehendak akan menempuh CARA YANG PALING CEPAT DAN PALING PINTAS, karena orang ingin segera terbebas dari rasa sakit.

Tujuan tidak bisa langsung tercapai karena kehendak harus menghadapi hambatan-hambatan. Begitu kehendak berhasil mengatasi hambatan – hambatan, tujuan pasti tercapai, ketergangguan hilang dan itu berarti berakhirnya Action.

1.      KONDISI TANPA GANGGUAN
Tak ada action dihasilkan dari keadaan tanpa gangguan. Jika film dimulai dengan kondisi ketergangguan, keadaan tanpa gangguan harus terimplikasi atau tersirat.

2.      KETERGANGGUAN
Manusia merasakan sakit bila ia menginginkan sesuatu tetapi tidak memilikinya, atau memiliki sesuatu tetapi tidak menginginkannya. Ini dinamakan AFFINITY yang berarti mengingini sesuatu, dan REPULSION yang berarti membenci sesuatu. Action berarti mendapatkan apa yang diinginkan atau menghilangkan apa yang tidak diharapkan.
Ketergangguan ini bisa besar (orang yang dicintai dibunuh) bisa juga kecil (digigit nyamuk), bisa fisik (dipukuli) bisa psikis (dihina). Begitu ketergangguan terjadi, action mulai bergerak. Apabila tidak jelas ketergangguannya, maka tidak akan jelas pula actionnya. Keterganguan menjadi alasan (motive) terjadinya action.

3.      ALASAN ( Motive )
Apabila orang menanyakan alasan (motive), berarti ia menanyakan Katergangguan. Sebagaimana yang sudah dijelaskan, ketergangguan menimbulkan rasa sakit, sehingga alasan seseorang melakukan suatu action pastilah karena sesuatu yang menyakitkan baginya (THE MOTIVE IS PAIN).

4.      KEHENDAK
Kehendak selalu mengarah/mendorong ke masa depan (future). Segala sesuatu yang mengarah ke depan adalah kehendak.
Kehendak bisa besar bisa kecil. Besar kecilnya kehendak ditentukan oleh dua hal, yaitu BESAR KECILNYA KETERGANGGUAN dan KUALITAS KARAKTER.
Kehendak selalu mengingankan tercapainya tujuan (goal), yaitu hilangnya keterganguan. Kehendak tidak bisa segera mencapai tujuannya karena adanya hambatan-hambatan.

5.      HAMBATAN
Cerita tanpa suatu perjuangan (the struggle) tak akan pernah menjadi cerita dramatik, tetapi hanya akan menjadi cerita deskriptif.
HAMBATAN BISA DIGUNAKAN UNTUK MENGUJI KEKUATAN KEHENDAK. Seorang tokoh yang dihadapkan pada hambatan kecil saja sudah mundur, berarti kehendaknya kecil. Tapi bila tokoh berani menghadapi hambatan yang besar, berarti kehendaknya besar.

Hambatan bisa berupa hambatan pasif dan hambatan aktif. Hambatan pasif disebabkan oleh suatu sifat keadaan atau hambatan yang bersifat kebetulan. Sedangkan hambatan aktif adalah hambatan yang memang berusaha menggagalkan tercapainya tujuan. Hambatan aktif menjadi hambatan yang paling efektif bagi cerita dramatik. Kita bisa menciptakan tokoh untuk memenuhi tujuan ini, yaitu tokoh ANTAGONIS.

ANTAGONIS adalah tokoh yang secara aktif menghalang-halangi perjalanan kehendak protagonis. Atau, tokoh yang secara aktif berusaha menggagalkan tujuan Protagonis. Tokoh antagonis tidak harus tokoh penjahat, tetapi bisa saja seorang kiai, ibu mertua, dokter, polisi atau bahkan seorang anak kecil. Prinsipnya, sejauh dia secara aktif menghalang-halangi perjalanan kehendak atau tercapainya tujuan protagonis, maka dia dinamakan antagonis.
Perbenturan antara kehendak dan hambatan dinamakan dengan KONFLIK. 
KONFLIK adalah perbenturan antara kehendak dengan hambatan. Konflik bisa besar bisa kecil. Besar kecilnya konflik ditentukan oleh dua hal : BESAR KECILNYA KEHENDAK dan BESAR KECILNYA HAMBATAN. Memperbesar atau mempertinggi konflik berarti memperbesar atau mempetinggi kehendak dan hambatan.

6.      TUJUAN
Kehendak mengarah pada Tujuan. Tujuan tak mungkin ada tanpa adanya kehendak. Didalam cerita tidak semua kehendak mencapai Tujuan.
Bila tokoh protagonis berhasil mencapai tujuannya, maka ini cerita diselesaikan dengan akhir yang menggembirakan (happy ending). Bila tokoh protagonis gagal mencapai tujuannya maka cerita diselesaikan dengan akhir yang menyedihkan (unhappy ending).

A.    PLOT
PLOT adalah RANGKAIAN PERISTIWA-PERISTIWA YANG MEMILIKI HUBUNGAN SEBAB AKIBAT YANG LOGIS.

Plot terdiri dari PLOT UTAMA dan SUB PLOT. Plot Utama adalah plot dimana di dalamnya terdapat TOKOH UTAMA PROTAGONIS dan PROBLEM UTAMA. Sedangkan di luar itu dinamakan sub-plot. Sebuah film bisa saja mengandung banyak sub-plot, tetapi dengan syarat, SUB PLOT HARUS MENUNJANG PLOT UTAMA dan KEKUATAN SUB-PLOT TIDAK BOLEH LEBIH BESAR DIBANDING PLOT UTAMA.

B.     LATAR
Tempat dan waktu terjadinya cerita inilah yang disebut sebagai LATAR atau SETTING.
Faktor-faktor sosial ini misalnya adat istiadat, sikap moral, struktur sosial, ekonomi, idelogi, agama, dan sebagainya.
Salah satu fungsi paling umum dari latar adalah “kemiripan dengan realitas”. Tetapi fungsi latar tidak hanya sebatas itu. Latar mempunyai pengaruh penting baik terhadap karakterisasi dan cerita, maupun dalam membangun unsur-unsur artistik dan dramatik film.

C.    BASIC STORY
Dalam basic story ini kita menuliskan garis besar cerita ringkas, antara seperempat sampai setengah lembar halaman kuarto. Basic Story menjadi tulang punggung cerita. Basic Story bisa dijadikan pegangan atau patokan, supaya cerita tetap berada dalam jalurnya dan tidak melenceng kemana-mana.

Meskipun bentuknya ringkas, namun Basic Story sudah harus memuat garis besar beberapa hal penting, yaitu :
1.      Latar (setting), tempat dan periode waktu terjadinya cerita,
2.      Tokoh protagonis dan karakter utama lainnya,
3.      Problem utama, ketergangguan yang dihadapi tokoh protagonis,
4.      Hambatan – hambatan, Antagonis atau garis besar konflik – konflik utama yang terdapat dalam cerita,
5.      Deskripsi ringkas tentang perkembangan plot,
6.      Klimaks dan penyelesaian.

D.    SINOPSIS
Sinopsis, dalam hal ini, bukanlah ringkasan cerita tetapi justru merupakan pengembangan dari Basic Story. Dengan Basic Story sebagai tulang punggungnya, cerita kemudian kita kembangkan dalam sinopsis. Kita menciptakan peristiwa – peristiwa, memilih tempat dan waktu terjadinya peristiwa lengkap dengan suasana dan situasi dramatiknya, kita mengembangkan plot dan sub plot, hambatan dan konflik, karakteristik, dan bahkan kita sudah memperhitungkan unsur – unsur suaranya.

Karena sinopsis mengisi banyak detail dan secara jernih memperlihatkan perkembangan plot cerita, sinopsis bisa mencapai lebih dari 40 halaman.
Oleh karena itu, dalam sinopsis beberapa hal di bawah ini harus jelas :
1.      Tempat maupun waktu kejadian,
2.      Tokoh-tokoh dan karakterisasinya, termasuk pokok-pokok pembicaraan,
3.      Ketergantungan, motive, kehendak dan tujuan masing-masing tokohnya,
4.      Hambatan-hambatan dan penyelesaiannya, serta
5.      Plot, baik utama maupun sub plot.

H.  TREATMENT
Treatment adalah ringkasan detail dari srtuktur. Ini termasuk deskripsi karakter, bagaimana dan kapan karakter – karakter ini muncul. Ini juga termasuk deskripsi scene, aksi, garis besar dialog dan kadang – kadang bila dianggap esensial dapat pula dimasukkan angle kamera atau tipe shot (type of shot). Dalam treatment, urutan – urutan peristiwanya sudah harus sama dengan urutan – urutan peristiwa yang terjadi pada filmnya nanti. Dalam treatmnt kita juga menajamkan esensi plot dan karakterisasi dan membuatnya smenarik mungkin.

Treatment adalah kerangka skenario. Tugas utama treatment, membuat sketsa penataan struktur dramatik.

Treatment harus baik. Skenario hrus berpegang pada treatment. Perubahan yang mendadak bisa berakibat fatal karena mungkin struktur bisa menjadi rusak atau kacau.


Selasa, 21 Agustus 2012

KARAKTERISTIK FILM


FILM, secara sederhana dapat didefinisikan sebagai CERITA yang DITUTURKAN kepada PENONTON melalui RANGKAIAN GAMBAR BERGERAK.
Dari definisi tersebut, kita mendapatkan empat elemen penting yang akan dibahas dalam diktat ini, yaitu :
  1. CERITA
  2. DITUTURKAN
  3. PENONTON, dan
  4. RANGKAIAN GAMBAR BERGERAK
Cerita sebenarnya bisa dikisahkan melalui berbagai media, seperti novel, drama panggung dan sebagainya. Menuturkan cerita melalui film tentu saja berbeda dengan apabila kita menuturkan sebuah cerita melalui novel. Oleh karena itu pertama-tama kita harus memahami karakteristik sebuah film.

A.       Film menggunakan UNSUR GAMBAR sebagai SARANA UTAMA untuk menyampaikan informasi.
            Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam sejarahnya film adalah kesinambungan dari fotografi. Pada mulanya film masih bisu, baru kemudian unsur suara melengkapi unsur gambar. Gambar dan suara, keduanya secara bersama – sama menceritakan sebuah cerita kepada penonton. Keduanya mengandung apa yang dinamakan ekspresi. Bertutur cerita menggunakan media film adalah bagaimana kita bertutur secara visual. Dengan demikian, apabila kita ingin menuturkan cerita melalui film, maka kita harus BERFIKIR VISUAL. Artinya, berfikir bagaimana suatu informasi akan disampaikan dalam bentuk GAMBAR.
      Unsur SUARA ( Dialog, Musik, dan Efek ) merupakan SARANA PENUNJANG.
Unsur suara dipergunakan apabila :
1.      Gambar sudah tidak sanggup menjelaskan
2.      Gambar tidak efektif dan efisien
3.      Suara digunakan untuk menunjang mood, suasana atau perasaan
4.      Suara digunakan sebagai kebutuhan realita
  
B.     Film memiliki KETERBATASAN WAKTU
      Pengarang novel, misalnya bisa menentukan sendiri kapan mengakhiri novelnya. Tetapi film memiliki panjang tertentu, antara 80 sampai 120 menit, atau bahkan bila kita menentukan waktu 3 jam sekali pun maka batasan waktu telah kita tetapkan. Ataukah film kita panjang atau pendek, kita tak mungkin berhenti sebelumnya atau belakangan. Kita tak mungkin menambah panjang film untuk menyelesaikan cerita. Bagaimana pun, batasan waktu akan menetukan pilihan kita dalam memilih materi cerita, dan menghadapkan kita pada satu hal yang esensial, yaitu : ekonomis dalam bercerita atau efisiensi dalam bertutur.
Oleh karena itu, kita harus menyampaikan hanya informasi yang penting saja. Yang dimaksud INFORMASI PENTING adalah informasi yang mempunyai kepentingan:
1.      Cerita
2.      Artistik
3.      Dramatik
Berkaitan dengan hal ini, penonton akan selalu menganggap setiap informasi yang disampaikan PASTI PENTING. Konsekuensinya :
1.      Informasi tidak penting, tetap dianggap penting sehingga bisa membingungkan penonton.
2.      Untuk kredibilitas suatu informasi kita bisa melakukan PENANAMAN INFORMASI (PLANTING OF INFORMATION), yaitu memberikan suatu informasi yang seolah – olah tidak ada hubungannya dengan suatu kejadian dan hasilnya dipetik belakangan. Dalam hal ini, setiap penanaman informasi (planting) harus selalu pada akhirnya diperlihatkan hasilnya, yang dikenal dengan istilah “Pay Off”. Saat planting, penonton dikondisikan untuk mengharapkan bahwa sesuatu akan terjadi, maka “pay off “ harapan ini harus dipenuhi.

C.    Film MENGALIR DALAM WAKTU
      Pembaca novel jika lelah bisa berhenti sejenak pada suatu halaman tertentu untuk istirahat dan dapat meneruskan membacanya dilain waktu. Pembaca novel juga bisa mengulang membaca bagian-bagian tertentu yang mungkin sulit difahaminya. Tetapi penonton film tidak bisa melakukan hal itu karena film mengalir dalam waktu, penonton tidak bisa berhenti atau memutar ulang bagian – bagian tertentu dalam film untuk memahami bagian – bagian yang sulit dicerna.
      Penonton melihat film terus berjalan dalam sekali duduk. Maka cerita haruslah diceritakan tanpa membuat mereka merasa lelah, dan harus bisa diserap sepenuhnya. Dengan demikian bila ada informasi yang dianggap perlu penekanan khusus atau dianggap sulit difahami penonton, pembuat film yang harus melakukan pengulangan itu bagi penonton. Pengulangan dalam film bukanlah pengulangan biasa (Repetisi) tetapi pengulangan yang dinamakan DUPLIKASI, yaitu pengulangan dengan :
1.      CARA BERBEDA, dan atau
2.      KUALITAS DRAMATIK MENINGKAT.

Selasa, 14 Agustus 2012

ISTILAH-ISTILAH DALAM BROADCASTING


Acting :

Adegan/lakon yang diperankan oleh pemeran (aktor/aktris/talent) mengikuti skenario yang telah ditetapkan. Akting meliputi bahasa tubuh, ekspresi wajah dan dialog.

Agent (Agent Model) :
Seseorang yang bekerja mewakili kepentingan aktor/aktris dalam berhubungan dengan produser serta orang-orang lain dalam dunia produksi film. Agent ini amat berperan dalam mencarikan job serta membangun karir para artis.
Art Director (Penata Artistik):
Pengarah artistik dari sebuah produksi, bertanggung jawab dalam penyediaan set lokasi shooting serta properti penunjang, sesuai tuntutan cerita dalam skenario.
Audio Mixing :
Proses pengaturan suara dari berbagai macam jenis input, menghasilkan unsur sound yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kebutuhan cerita.

Angle :
Sudut pengambilan gambar, amat berpengaruh dalam penciptaan komunikasi yang diharapkan dari sebuah gambar sebagai bahasa visual. Low Angle yaitu pengambilan gambar dari bawah obyek, lazim digunakan untuk menampilkan keagungan/kewibawaan obyek. High angle ialah pengambilan gambar dari ketinggian, lazim digunakan untuk menampilkan ketidakberdayaan obyek. Close-up (CU) ialah pengambilan jarak dekat dimana obyek tampak dengan jelas (pada manusia, sebatas wajah hingga leher atau dada); Extreme Close Up (ECU) ialah pengambilan yang lebih dekat lagi sehingga layar dipenuhi oleh bagian dari wajah; Medium Shot (MS) ialah pengambilan dari jarak sedang, dimana manusia akan tampil keseluruhan bagian tubuhnya; Long Shot (LS) ialah pengambilan gambar dari jarak jauh dimana obyek akan terlihat bersama dengan lingkungan terdekatnya.

Angle juga berkaitan dengan pergerakan kamera berikut ini : Pan ialah pergerakan kamera secara horisontal ke kiri atau ke kanan; Tilt ialah pergerakan kamera secara vertikal ke atas atau ke bawah; Track/Dolly ialah pergerakan kamera yang sejajar mengikuti pergerakan obyek yang bergerak; Zoom In ialah perbesaran gambar (fungsi pada kamera video), Zoom Out ialah perkecilan gambar (fungsi pada kamera video).
Animator :
Pembuat animasi. Klip animasi biasanya dikerjakan secara khusus oleh seorang animator, lalu diserahkan kepada editor video untuk digabung dengan bagian gambar lainnya.
Audio Effect :
Efek suara. Sejumlah adegan memerlukan efek suara agar meningkatkan kesan visual. Misalnya pada adegan baku hantam dimana tidak terjadi perkelahian sesungguhnya, efek suara dibuat dan ditambahkan pada proses editing video untuk memperkuat kesan telah terjadinya perkelahian sesungguhnya.

Ambience :
Suara natural dari obyek gambar.

Background :
Gambar latar belakang.

Boom :
Mikrofon besar yang dipasang pada tiang portabel yang dipasang pada tempat terdekat yang mungkin, di sekitar pelaku adegan, agar dapat secara optimal menangkap dialog pemeran. Orang yang mengoperasikan boom ini disebut dengan Boom Man.

Breakaway :
Properti sekali pakai, misalnya gelas atau kertas, yang akan menjadi rusak dalam sekali pakai sesuai tuntutan cerita.
Breakdown :
Arti aslinya ialah perincian. Dapat merujuk ke rincian bujet produksi maupun aktualisasi pengeluaran biaya, atau dapat pula berarti rincian perencanaan adegan shooting.
Budget :
Anggaran pengeluaran keseluruhan dari produksi film. Bujet yang biasanya ditentukan sejak awal oleh produser ini akan amat menentukan bagaimana suatu rencana produksi video akan dieksekusi, menyangkut sewa alat, sumberdaya manusia, properti, dan sebagainya.

Blocking :
Area yang masuk dalam cakupan tangkapan kamera video. Para pemeran serta properti harus masuk dalam area blocking ini, dan sebaliknya area ini harus steril dari properti atau kru produksi.
Back Light :
Sumber cahaya utama yang berada di belakang obyek shooting dan menghadap ke kamera. Pada kebanyakan kasus, backlight ini merupakan kesalahan mendasar yang sering dilakukan oleh kameramen amatir sehingga obyek menjadi tak jelas (gelap). Pada kasus khusus, teknik ini digunakan misalnya untuk dengan sengaja menyamarkan identitas obyek.
Bumper :
Klip gambar biasanya berupa animasi yang berperan sebagai pembuka suatu acara televisi. Bumper in digunakan sebagai tanda suatu acara akan dimulai lagi setelah jeda iklan, sedangkan bumper out ialah penanda bahwa acara akan berhenti sejenak untuk jeda iklan.
Camera Department :
Bagian yang bertanggung jawab untuk menyediakan dan merawat semua peralatan kamera yang dibutuhkan untuk memproduksi film, serta proses-proses yang menyertainya.

Cameraman :
Orang yang bertugas mengoperasikan kamera film/video. Pada suatu produksi besar, cameraman ini terbagi menjadi sejumlah peran khusus yaitu Penata Fotografi (yang bertugas mengatur penempatan dan pergerakan kamera serta pencahayaan), Operator kamera yang langsung mengoperasikan kamera, serta sejumlah asisten untuk mengurus hal-hal lain seperti mengatur fokus kamera, dan sebagainya.
Camera Tracks :
Lintasan kamera, suatu alas datar berupa metal atau lembaran kayu tipis yang diletakkan di permukaan lantai sebagai tempat pergerakan kamera (yang dipasang pada sebuah alat beroda tertentu, disebut dolly). Lintasan ini berguna agar dihasilkan gerakan kamera yang lembut. Camera track dapat pula berbentuk lintasan rel panjang, sementara kamera terpasang pada suatu kamera dolly.  
Casting  :
Proses pencarian orang yang tepat untuk memerankan tokoh tertentu dalam cerita. Casting ini dipimpin oleh seorang juru casting atau casting director yang amat memahami karakter yang dibutuhkan oleh cerita. Rencana casting ini telah diumumkan sebelumnya kepada publik atau agent sehingga para artis/aktor dapat mempelajari skenario lalu mempersiapkan adegan yang akan ditampilkan sebagai unjuk kebolehan.
Clapper Boards :
Sepasang papan berengsel yang diketukkan sebagai tanda dimulainya shooting. Papan ini berisi sejumlah informasi antara lain titel produksi, nomor adegan (scene), produser, dan tanggal shooting adegan. Informasi pada papan ini dicatat oleh pencatat adegan yang kemudian akan memberi catatan tambahan tentang keberhasilan adegan yang di-shooting. Informasi ini juga terrekam oleh kamera video, yang kelak akan memudahkan proses editing video untuk memilih potongan gambar mana yang akan dipakai dan dirangkai dengan gambar lainnya.
Commercial :
Iklan. Video singkat yang umumnya berdurasi 60, 30, atau 15 detik yang dibuat khusus untuk mempromosikan suatu produk.

Costume Designer :
Orang yang merancang pakaian/kostum yang akan dipakai oleh para pemeran film.
Cue :
Tanda bagi aktor/aktris dalam film untuk memunculkan bagiannya dalam dialog atau tindakan. Isyarat ini dapat berupa tindakan aktor/aktris lainnya, bagian akhir dari sebuah dialog, tanda dari sutradara atau isyarat cahaya.

Cue Light :
Bola lampu kecil yang dapat dinyalakan atau dimatikan oleh sutradara atau asisten sutradara untuk memberi isyarat kepada para pemeran. Lampu ini diletakkan diluar jangkauan pandang kamera tetapi dalam jangkauan pandang pemeran.

Cut and Hold :
Perintah dari sutadara agar adegan diberhentikan namun para pemeran tetap berada dalam posisinya. Pada kasus ini, sutradara mungkin ingin memeriksa pencahayaan, posisi, atau adegan lain yang berkaitan.

Cut to Cut :
Peralihan gambar dari adegan satu ke adegan lainnya secara langsung tanpa pemakaian transisi.
Credit Title :
Penampilan nama-nama kru produksi serta para pendukung acara.

Chroma Key :
Sebuah teknik efek visual dimana adegan shooting dilakukan dengan latar belakang layar berwarna tertentu (biasanya hijau atau biru). Pada proses editing, warna layar yang digunakan ini menjadi key untuk dihilangkan (dijadikan transparan) untuk diisi dengan gambar background yang telah disiapkan untuk tujuan itu.
Cutting on Beat :
Teknik pemotongan dan penyusunan gambar pada saat editing video berdasarkan tempo sound yang digunakan. Teknik ini amat terasa efeknya misalnya pada videoklip musik yang bertempo cepat.

Clip Hanger :
Sebutan bagi adegan atau gambar yang akan mengundang rasa ingin tahu penonton tentang kelanjutan acara, namun harus ditunda karena harus tampilnya jeda iklan komersial.

Cut :
Pemotongan gambar

Crane :
Alat khusus yang dilengkapi dengan tiang, tuas dan katrol untuk tempat menggantung kamera sehingga kamera dapat digerakkan secara fleksibel dinamis termasuk perputaran penuh 360 derajat, menghasilkan angle yang unik, dinamis dan kadang dramatis. Alat ini dapat digerakkan oleh secara manual oleh operator melalui sebuah tuas, ada pula yang dilengkapi dengan remote control. Jimmy Jib ialah sebuah merk dagang yang terkenal alat crane semacam ini.

Clip On :
Mikrofon khusus berukuran kecil yang dapat diselipkan pada obyek sehingga tidak terlihat oleh pemirsa.

Depth of Focus :
Area tempat berbagai benda yang diletakkan dengan berbagai ukuran jarak di depan lensa akan tetap memperoleh fokus yang tajam.

Director :
Orang yang mengontrol tindakan dan dialog di depan kamera dan bertanggung jawab untuk merealisasikan apa yang dimaksud oleh naskah dan produser.

Documentary :
Film yang menyajikan cerita nyata, dilakukan pada lokasi yang sesungguhnya. Juga sebuah gaya dalam memfilmkan dengan efek realitas yang diciptakan dengan cara penggunaan kamera, sound, dan lokasi.

Dolly :
Kendaraan/alat beroda untuk membawa kamera dan operator kamera selama pengambilan gambar. Dolly biasanya dapat didorong dan diarahkan oleh satu orang yang disebut Dolly Grip.

Dubbing :
Perekaman suara manusia secara sinkron dengan gambar film. Suaranya mungkin atau mungkin tidak berasal dari aktor/aktris yang sesungguhnya serta bisa juga bahasa yang digunakan ketika film tersebut dibuat. Aktor/aktris menggunakan gambar dan soundtrack playback sebagai panduan untuk mensinkronkan gerakan bibir dalam gambar dengan perekaman suara terbaru. Umumnya digunakan untuk memperbaiki perekaman asli yang buruk., performa artistik yang tidak dapat diterima atau kemungkinan kesalahan dalam dialognya. Juga digunakan untuk perekaman lagu dan versi bahasa lain setelah proses pemfilman.

Depth of Field :
Area dimana seluruh obyek yang duterima oleh lensa dan kamera muncul dengan fokus yang tepat. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh jarak antara obyek dan kamera, focal length dari lensa dan f-stop

Editing Departement :
Divisi dimana semua potongan film yang telah dihasilkan digabungkan sehingga membentuk urutan yang koheren, dengan bantuan kru lain termasuk  sutradara atau produser.

Electric Departement :
Bertanggung jawab terhadap penjagaan dan penyediaan segala peralatan listrik selama proses produksi film, misalnya: lampu, kabel, mesin diesel. Electrician ialah anggota staf departemen ini.

Ext. :
Eksterior. Bagian manapun dari film yang direkam di luar ruangan; jalanan kota, stadium, gurun, hutan, atau puncak gunung, beberapa lokasi dapat dibuat ulang di sounstage studio namun tetap dinamakan eksterior dalam naskah.

Extreme Close Up :
Pengambilan gambar dari jarak amat dekat

Fade Out, Fade In :
Jenis transisi dari gambar kosong (blank) ke kemunculan gambar tertentu (fade in) atau dari gambar tertentu  ke blank (fade out). Sering digunakan untuk menekankan berlalunya waktu atau akhir dari adegan atau cerita.
Fast Motion :
Melakukan pemfilman dengan kecepatan dibawah standar kemudian memproyeksikan dengan kecepatan standar untuk membuat tindakan terlihat lebih cepat dari normal. Efek ini sering digunakan untuk mempercepat tempo, menyesuaikan diri dengan sound yang dipakai.

Fifty-fifty :
Sudut pengambilan gambar ketika dua orang pemeran saling berhadapan sehingga berbagi lensa dengan adil. Juga disebut sebagai a two shot atau a two.

Fill Light :
Merupakan bagian dari teknis pencahayaan dasar “Three Point Lighting”, digunakan untuk meniadakan bayangan yang timbul akibat adanya key light.
First Run :
Pertama kali sebuah film dilepas ke bioskop untuk ditonton. Saat ini lebih dikenal dengan Gala Premiere.

Flare :
Efek visual yang timbul ketika suatu obyek memantulkan cahaya yang tidak diinginkan secara langsung kepada lensa kamera. Meski seringkali efek ini tidak diinginkan, namun pada sejumlah software editing video justru terdapat fitur untuk memunculkan simulasi flare ini untuk meningkatkan realitas visual.
Flashback :
Secara harfiah berarti kilas balik. Yaitu alur cerita yang mundur ke belakang mengisahkan kejadian lampau yang dapat menjelaskan latar belakang penyebab kondisi yang ada sekarang.
Focus :
Gambar secara detail dan tajam, dengan warna yang mendekati aslinya, yang diperoleh dengan setting lensa kamera agar memiliki nilai jarak fokus yang benar. Pada sejumlah kamera handycam, fokus ini bersifat otomatis hasil deteksi kamera. Sedangkan pada kamera yang memiliki setting manual fokus, gambar yang fokus diperoleh jika kameramen pandai mengatur setting fokus ini yang juga memerlukan kejelian mata. Atau kadang digunakan pengukuran jarak agar dapat melakukan setting fokus secara lebih akurat.

Fog Maker :
Menggunakan cairan khusus sehingga fog maker dapat memunculkan efek kabut, asap, efek kabur (blur), dan kelembaban. Dengan menggunakan cairan jenis lain maka dapat digunakan untuk menghilangkan kabur yang tidak diinginkan. Alat ini dapat berukuran kecil, mesin yang dapat digenggam atau mesin besar yang diletakkan di kereta.

Follow Focus :

Perubahan fokus kamera selama adegan untuk mempertahankan fokus pada pemeran yang bergerak mendekati atau menjahui kamera.
Follow Shots :
Pengambilan gambar dengan kamera bergerak memutar untuk mengikuti pergerakan pemeran dalam adegan.

Footage :
Gambar-gambar yang telah tersedia dan dapat digunakan.

Frame per Second (fps) :
Jumlah frekuensi penampilan frame gambar tiap detiknya. Video sebagai “gambar bergerak” sebenarnya hanya merupakan kesan/ilusi penglihatan mata, sebab pada kenyataannya video tersebut terdiri dari serangkaian gambar diam yang ditampilkan berurutan dalam durasi waktu yang sangat singkat. Pada video format PAL, satu detik video terdiri dari 25 gambar, disebut sebagai 25 fps (frame per second), sedangkan format NTSC memiliki 30 gambar, disebut sebagai 30 fps.
Freelancer :
Orang yang tidak terikat kontrak dengan produser atau perusahaan manapun.

Freeze :
Perintah bagi pemeran untuk menghentikan aksi namun mempertahankan posisinya. Dalam film yang aktor/aktris atau obyek lain muncul dengan tiba-tiba misalnya “pop in” pada layar maka aktor/aktris dalam adegan akan diminta untuk diam. Orang atau obyek kemudian ditempatkan di posisinya kemudian perintah untuk “action” diberikan dan adegan dilanjutkan. Dalam pemotongan film di bagian tengah dari masuknya aktor/aktris atau penempatan obyek akan dihilangkan.

Gobo :
Layar kayu yang dicat hitam. Digunakan untuk menghalangi cahaya dari sati atau lebih pencahayaan lampu studio, suatu set peralatan yang digunakan untuk mecegah jatuhnya cahaya yang tidak diinginkan ke lensa kamera atau area set. Biasanya diletakkan pada sanggahan yang dapat disesuaikan. Gobo tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran.

Hairdresser :
Spesialis penata rambut untuk film. Seorang hairdresser mungkin bekerja dengan penata rambut laki-laki maupun perempuan.

Hand Held :
Mengambil gambar dengan kamera ringan seperti handycam, jenis yang dapat ditahan oleh operator kamera dengan tangannya selagi mengambil gambar, berlawanan dengan meletakkannya pada gear head atau tripod. Memberikan fleksibilitas yang lebih. Teknik penggunaan kamera dengan tangan tanpa tripod

Hot Set :
Suatu set yang telah diisi barang dan dekor untuk syuting. Penggambaran ini biasanya mengindikasikan bahwa set tersebut tidak boleh dimasuki atau digunakan.
Hot Spot :
Area dalam set yang memiliki pencahayaan yang sangat terang.
Hunting Location :
Proses pencarian dan penggunaan lokasi yang tepat dan terbaik untuk syuting.

Idiot Cards :
Kartu besar tempat dialog dituliskan untuk aktor yang tidak dapat mengingat kalimatnya. Dapat juga berarti sebuah bagian mesin elektronik yang mahal disebut Tele-Prompter, dimana sebuah gulungan kertas ditempatkan di depan atau dekat dengan kamera dan dituliskan dialognya dengan huruf yang besar sehingga mudah untuk dibaca. Bisa juga disebut dengan Cue cards.

Independent :
Seseorang yang membuat film tanpa dipekerjakan oleh sebuah studio besar.

Insert Shot :
Suatu obyek biasanya yang dicetak seperti surat kabar atau sebuah jam, dan dimasukkan ke dalam rangkaian untuk menjelaskan tindakan.

Int. :
Interior. Bagian dari film yang diambil didalam ruangan. Interior dapat berupa set yang dibentuk di studio atau diluar studio. Lebih dikenal sekarang ini sebagai location interiors.

Iris :
bagian yang terbuka dari sebuah lensa atau bagian belakang yang mengatur masuknya cahaya kdalam film. ukuran Iris dapat dikontrol oleh operator kamera.

Jell :
Gelatin atau materi plastik berwarna yang digunakan di depan sebuah lampu untuk mengubah warna cahaya dari lampu tersebut. Bisa juga disebut dengan Gel.

Jumping Shot :
Proses pengambilan gambar secara tidak berurutan

Jimmy Jib :
Merek dagang, lihat Crane.

Key Light :
Cahaya utama yang digunakan untuk menerangi obyek shooting.

Light Meter :
Instrumen kecil dan dapat dipegang dengan tangan yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya.

Lining Up :
Membatasi adegan. Operator kamera atau sutradara mengatur penempatan kamera sehingga mencakup ruang pengelihatan yang diinginkan. Dapat juga berarti framing.

Limbo :
Melakukan pengambilan gambar pada area atau set yang tidak dapat dijelaskan sebagai suatu lokasi khusus. Dapat digunakan untuk adegan close-up, insert, dan lain sebagainya.

Lip-Sync :
Sesi perekaman saat seorang aktor/aktris menyesuaikan suaranya dengan gerakan bibir dari gambar.

Long Shot :
Gambar direkam dari jarak jauh. Biasanya digunakan dengan cara pengambilan gambar dari sudut panjang dan lebar.

Make-Up Departement :
bagian yang bertanggung jawab terhadap penampilan aktor/aktris agar sesuai dengan kebutuhan skenario pada saat syuting.

Match :
Menghasilkan ulang suatu tindakan yang dilakukan dalam adegan lain sehingga keduanya dapat dipotong sehingga menghasilkan posisi yg dapat disesuaikan.

Matching Directions :
Penyesuaian adegan dalam film seperi masuk dari kiri ke kanan sehingga orang atau alat transportasi dalam film tidak memiliki arah yang terbalik ketika pengambilan gambar lain dimasukkan.

Measuring Tape :
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak dari lensa ke subyek dengan tujuan untuk menentukan fokus secara tepat.

Microphone Shadow :
Munculnya bayangan dari mikrofon pada bagian set yang masuk pada area pandang kamera. Bila muncul pada gambar maka it’s a no-no (gambar tidak terpakai)

Mock-Up :
Tiruan suatu benda yang dibuat seperti asli tapi hanya berupa bagian tertentu saja menurut kebutuhan.
M.O.S. :
Porsi gambar dari sebuah adegan yang diambil tanpa merekam suaranya. Inisial ini awalnya muncul dari sutradara Eropa yang tidak dapat mengucapkan WS dan mengatakan Mit Out Sound.

Moving Shot :

Teknik pengambilan gambar dari obyek yang bergerak.

Music Departement :
Bertanggungjawab dalam pengaturan atau menyediakan musik yang akan digunakan dalam film.

Master Control :
Perangkat teknis utama penyiaran untuk mengontrol proses distribusi audio dan video dari berbagai input pada suatu produksi acara.

Medium Shot :
Gambar diambil dari jarak sedang.

N.G. :
No Good (tidak bagus). Istilah ini dipakai sebagai catatan atau komentar terhadap pengambilan gambar yang tidak bagus pada laporan kamera dan suara, misalnya N.G. Sound, N.G. Action

NTSC (National Television Standards Committee)
Sistem reproduksi sinyal televisi yang lazim digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara lain. Sistem NTSC terdiri dari 525 garis scanning dengan frekuensi penciptaan gambar  30 fps (frame per secod).

O.S. :
Off Screen (tidak tampak pada layar)
Opening Scene :
Adegan yang dirancang khusus untuk membuka acara atau cerita. Adegan ini harus dikemas secara kreatif untuk mengundang kepenasaran penonton agar melihat keseluruhan tayangan.
PAL (Phase Alternation by Line) :
Sistem reproduksi sinyal televisi yang lazim digunakan di Eropa dan negara-negara lain termasuk Indonesia. Sistem PAL terdiri dari 625 garis scanning dengan frekuensi penciptaan gambar  25 fps (frame per secod).

Plot :
Alur cerita dalam sebuah naskah skenario.

P.O.V. :
Point of View, yaitu sudut pandang penceritaan. Istilah yang kerap digunakan dalam skenario.

Producer :
Sebutan bagi orang yang memproduksi film meski tak harus berarti membiayai produksi atau menanamkan investasi dalam produksi tersebut.  Tugas produser adalah memimpin seluruh tim produksi agar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi dengan anggaran yang telah disepakati.

Production Unit :
Unit produksi yang terdiri dari sutradara, kru kamera, kru tata suara, bagian listrik dan semua orang yang terlibat dalam suatu produksi.

Panning :
Pergerakan kamera secara horisontal (ke kiri atau ke kanan) untuk memperluas liputan obyek.

Rain Cluster :
Perangkat khusus yang digunakan untuk menciptakan simulasi efek hujan. Sebagai alternatif ialah pemakaian mobil pemadam kebakaran.

Reflector :
Alat yang berfungsi untuk memantulkan cahaya, yang selain berfungsi untuk mengoptimalkan cahaya yang ada (baik sinar matahari pada shooting outdoor atau cahaya lampu pada shooting indoor), juga untuk memendarkan cahaya agar lebih soft. Bisa terbuat dari bahan apa saja asal memiliki pantulan cahaya yang optimal (jadi harus berwarna putih/terang), misalnya berupa lembaran alumunium foil yang ditempelkan pada lembaran  busa/stereoform yang tebal.
Remake :
Produksi suatu film yang sebelumnya pernah diproduksi. Film remaking dibuat dengan penyesuaian konteks cerita terhadap keadaan jaman terkini dimana peradaban dunia sedang berubah dengan amat cepatnya. Misalnya, kisah cinta klasik Romeo dan Juliet akan difilmkan dengan konteks keadaan terkini dimana komunikasi bisa dilakukan dengan berbagai cara yang tidak terdapat pada jaman dulu.

Re-Run :
Memutar ulang suatu film atau program acara televisi.

Resolution :
Kemampuan lensa atau film untuk menangkap serta menunjukkan detail obyek.
Re-Take :
Pengulangan adegan dalam shooting, bisa disebabkan oleh kegagalan akting, dialog, pencahayaan, ketidaksiapan kru, dsb.
Reverse Angle :
Sudut pengambilan gambar : arah angle yang sebaliknya dari angle gambar yang telah diambil.
Roll :
Perintah yang biasanya diberikan ketika kru produksi telah siap di posnya masing-masing sehingga adegan tertentu siap dilaksanakan.
Running Shot :
Pergerakan kamera secara dinamis untuk menyesuaikan diri dengan gerakan pemeran di lokasi shooting.

Rundown :
Alur cerita dari program acara yang dibatasi oleh durasi, segmentasi, dan bahasa naskah.

Scouting :
Mencari lokasi untuk produksi. Dapat juga berarti mencari calon pemeran yang berbakat (talent scouting).

Screen Play :
Naskah yang sudah lengkap dan siap menjadi panduan dilaksanakannya produksi film.

Screen Test :
Kesempatan ujicoba bagi pemeran untuk memperlihatkan kemampuannya, sudah lengkap dengan penggunaan kostum, make up dan set properti.
Script Clerk :
Petugas yang bertanggungjawab mencatat sejumlah hal dari pengambilan gambar seperti durasi, akting, properti, pencahayaan dan keberhasilan adegan. Catatan ini kelak akan digunakan oleh editor saat editing video untuk menentukan mana potongan gambar yang akan diambil dan dirangkai dengan gambar lain, dan mana potongan gambar yang harus dibuang.
Sequence :
Rangkaian adegan.

Soft Focus :
Pengambilan gambar dengan lensa yang di-set agak  out of focus sehingga subyek tampak agak blur. 

Soft Light :
Pencahayaan lembut yang memungkinkan tiadanya bayangan dan berpendarnya cahaya secara merata dan menyeluruh.
Still man, Photographer :
Pengambil gambar foto yang bertanggungjawab atas publikasi dan pembuatan foto di lokasi. Foto ini dapat berfungsi sebagai dokumentasi behind the scene, dokumentasi proyek, maupun keperluan promosi.
Story Board :
Gambar ilustrasi adegan. Merupakan salahsatu bentuk upaya sutradara menerjemahkan bahasa tulisan skenario ke dalam bahasa gambar dan untuk memudahkan kegiatan shooting itu sendiri dengan dijelaskannya posisi, adegan, dialog, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya. Gambar ilustrasi ini dirancang oleh sutradara bekerjasama dengan kru lain (misalnya penata fotografi), dan dilakukan oleh seorang juru gambar yang disebut storyboard artist.
Sketsa yang menggambarkan adegan dalam film. Digunakan untuk mempemudah pengambilan gambar.
Sunshade (Lens Shade) :
Kotak persegi panjang yang dipasangkan di bagian depan lensa kamera untuk membatasi masuknya cahaya secara langsung ke dalam lensa.
Superimposure :
Penempatan sebuah layer video/grafis diatas layer lainnya, misalnya layer title atau subtitle (terjemahan bahasa) yang diletakkan di atas gambar film.

Swish Pan :
Jenis panning (pergerakan kamera horisontal ke kiri atau ke kanan) yang cepat yang memunculkan kesan gerakan mata yang menoleh ke samping dengan cepat.
Simply Shot :
Gambar yang diambil dari sudut mudah, biasanya untuk adegan pengisi yang kurang penting.

Script Format :
Format penulisan naskah skenario. Format ini bisa fleksibel tergantung tingkat kerumitan produksi video itu sendiri.

Script Marking :
Pemberian tanda pada naskah skenario untuk menjadi catatan bagi para kru produksi yang terlibat.
Stock Shot :
Persediaan gambar hasil shooting yang dapat dipilih pada saat proses editing.
Suspense :
Adegan drama yang menegangkan. Juga merupakan salahsatu genre (jenis) dari film.
Steady Shot :
Gambar sempurna dan tidak terlalu banyak bergerak dan dapat dinikmati dengan posisi diam.

Slow Motion :
Pergerakan gambar yang diperlambat, suatu proses yang dikerjakan saat editing video. Pada produk home video seperti wedding video, teknik ini kerap digunakan untuk pada gambar-gambar yang berisi momen bahagia dengan iringan lagu cinta yang bertempo lambat. Slow motion juga kerap digunakan secara “terpaksa” yaitu jika pada proses editing video ternyata ditemukan gambar yang rusak sedemikian rupa padahal informasi yang tertangkap oleh audio-nya penting, sehingga klip video dibuat slow motion untuk menyesuaikan diri dengan durasi audio-nya.
Tag Line :
Semboyan atau motto suatu film yang dapat merangsang imajinasi calon pemirsa tentang apa yang akan disuguhkan dalam film tersebut.
Teaser :
Cuplikan adegan-adegan menarik yang mewakili keseluruhan cerita, digunakan di televisi untuk menarik perhatian pemirsa.
Tilt :
Pergerakan kamera naik turun (vertikal)

Tone Track :
Sound asli yang diperoleh dari lokasi shooting tertentu yang seringkali tidak disadari namun dapat meningkatkan realitas hasil shooting. Misalnya pada wedding video, suara hiruk pikuk (crowded) merupakan suara yang khas terjadi pada acara resepsi, dan sebaiknya tidak dihilangkan seluruhnya pada proses editing video.  
Top Lighting :
Teknik pencahayaan. Sumber cahaya berada di atas subyek sehingga turun menyinari. Sebagai kebalikannya ialah Down Lighting yang umumnya dipakai untuk kemunculan makhluk misteri dalam suatu adegan horror.

Treatment :
Rencana sutradara untuk menerjemahkan skenario dengan menyusun adegan, dialog dan prosedur kerja kru produksi di lokasi shooting.

Triangle :
Alat penahan kaki tripod agar tetap stabil meskipun diletakkan di permukaan yang licin.

Two/Three Shot :
Sudut pengambilan gambar.  Yaitu layar kamera berisi dua/tiga obyek yang sedang berperan.

Viewfinder :
Instrumen optik yang yang memungkinkan operator kamera untuk mengikuti aksi para pemeran saat kamera sedang diaktifkan.

VTR :
Video Tape Recording. Alat pendukung produksi.
Very Long Shot (VLS) :
Jenis sudut pengambilan gambar. Gambar diambil dari jarak yang sangat jauh untuk maksud khusus, misalnya menjelaskan keterkaitan obyek shooting dengan lingkungannya.

Voice Over :
Suara tambahan atau alih suara yang dilakukan pada proses editing, untuk mendukung isi cerita.
Wardrobe Departement :
Bagian yang bertanggungjawab atas pemilihan pakaian yang akan dipergunakan untuk shooting.
White Balance :
Prosedur untuk men-setting lensa kamera agar dapat menangkap warna detil obyek secara akurat, biasanya dengan menghadapkan kamera ke suatu obyek berwarna putih selama beberapa saat.
Wind Machine :
Blower (kipas angin besar) yang digunakan untuk menciptakan efek angin.
Wrap :
Aba-aba untuk seluruh kru produksi bahwa sesi shooting telah selesai.

EDITING VIDEO


ada dua sistem dalam proses editing yaitu :
1.      Linear Editing/ Analog
Pada sistem linear editing, prosesnya dilakukan dengan cara langsung dan berurutan,dan apabila terdapat kekurangan dan kesalahan, akan dilakukan pengulangan dari awal. Pada akhirnya editing sistem ini menuntut peralatan yang besar dan berkualitas untuk menjaga kualitas hasil yang sedang dikerjakan. Pada umumnya peralatan semacam ini hanya dimiliki oleh kalangan Tv penyiaran (broadcasting house) dan rumah produksi (production house) sekala besar. Jika hasilnya belum sempurna, akan dilakukan pengulangan editing yang memakan cukup banyak biaya dan waktu.

2.      Non Linear Editing (NLE)/Digital
Sistem ini sering juga disebut dengan Digital Video Editing. Teknologinya sudah menggunakan perangkat komputer dengan sepenuhnya, yang didalamnya sudah tersedia perangkat lunak (software) untuk editing, seperti Ulead Studio, Adobe Premiere, Avid, DPS Velocity, dst, yang berbasis Windows dan Final Cut Pro dsb yang berbasis Macintosh. Sistem ini disebut juga Random Access Video dan Audio ke dalam suatu media rekam berupa disk (disk storage / media storage) atau Hard disk. Dengan NLE, Editor dapat melakukan proses penyuntingan berulang-ulang untuk bagian yang belum sempurna di sembarang tempat acak (random access) tanpa harus mengulang dari awal seperti Linear Editing.

DIMENSI EDITING
        Hakekat/inti dr dimensi editing adalah KETERHUBUNGAN. Sebuah shot apabila disambung dengan shot lain, maka pasti kedua shot tersebut memiliki HUBUNGAN, baik secara grafis, ritmis (irama), spasial (ruang) dan temporal (waktu).
Sambungan shot-shot dalam film-film naratif memiliki keempat dimensi/hubungan tersebut, sementara dalam film-film abstrak atau film-film non-figuratif (tak ada tokohnya, jadi tak bercerita) hanya memiliki dimensi grafis dan ritmis saja.

1.  Dimensi Grafis
Setiap shot pasti punya nilai grafisnya, yaitu:
a. garis
b. bentuk
c. cahaya
d. warna
e. gerak (bisa gerak subyek, gerak kamera ataupun gerak kombinasi subyek dan kamera)
Maka bila sebuah shot disambung dengan shot lain PASTI ada hubungan grafis. Hubungan/dimensi grafis yang terjadi bisa berupa graphic match atau pun graphic contrast.

2.  Dimensi Ritmis
Sebuah shot disambung dengan shot lain PASTI ada hubungan ritmis (irama).
Irama yang ada dalam film-film itu sebenarnya ada 2 jenis, yaitu:
a. IRAMA INTERNAL: yaitu irama yang ada di dalam setiap shot itu sendiri
b. IRAMA EKSTERNAL: yaitu irama yang dihasilkan oleh persambungan 2 shot atau lebih

* IRAMA INTERNAL terjadi di setiap shot karena di setiap shot itu ada:
            - Frame size/type of shot (ukuran besar gambar/frame)
            - Gerak (gerak subyek, gerak kamera, gerak kombinasi subyek dan kamera)
            - Suara (dialog, efek dan musik)

* IRAMA EKSTERNAL terjadi ketika ada sambungan dan dipengaruhi oleh:
            - Durasi shot (panjang pendeknya shot)
            - Metode penyambungan (cut-to-cut atau optical effect spt dissolve, fade, dsb).
IRAMA EKSTERNAL ini bisa kita buat berbagai jenis dengan mengatur panjang-pendeknya shot (durasi).
Jenis-jenis irama tersebut adalah:
Ø  irama konstan: yaitu dengan cara membuat shot-shot yang disambung berukuran  (berdurasi) sama
Ø  irama dipercepat (akselerasi): yaitu dengan cara membuat shot-shot yang disambung ukurannya makin lama makin pendek
Ø  irama diperlambat: yaitu dengan cara membuat shot-shot yang disambung ukurannya makin lama makin panjang
Ø  irama tak beraturan: yaitu dengan cara membuat shot-shot yang disambung ukurannya berubah-ubah secara tak beraturan.
Keempat jenis irama yang dihasilkan oleh durasi ini, mungkin saja bisa dilakukan juga oleh shot itu sendiri, misalnya dengan gerak kamera, tetapi tentu tidak semudah yang dilakukan oleh mengatur durasi shot

3.  Dimensi Spasial
Dengan editing, media film adalah media yang paling efektif dalam menciptakan ruang yang sesuai dengan yang ingin dibentuk oleh pembuat filmnya.
Melalui editing pula, bisa dihubungkan RUANG DALAM REALITA dengan RUANG DALAM FILM (ruang buatan/artifisial).  Juga antara yang interior dan eksterior. Ketersambungan antara 2 shot atau lebih yang bisa menciptakan ruang baru yang ada di dalam kepala penonton itu disebut sebagai koeksistensi spasial (ruang yang berdampingan)

4.  Dimensi Temporal
Dengan editing pula, film paling mampu “mempermainkan” (memanipulasi) waktu penceritaan.
·      Waktu penceritaan (time of the story) dibagi 3 unsur:
a.  URUTAN
b.  DURASI
c.  FREKUENSI
a.       URUTAN
Waktu penceritaan bisa memiliki struktur waktu yang:
-  berurutan (linear)
-  tak berurutan (non-linear), bisa dilihat dengan adanya flashback maupun flashforward
b.      DURASI
Panjang - pendeknya waktu penceritaan berdasarkan kebutuhan dramatisasi cerita. Maka dalam durasi cerita bisa saja dibuat:
-  waktu penceritaan diperpendek, yaitu waktu penceritaan hanyalah memperlihatkan waktu peristiwa yang perlu/penting diperlihatkan untuk penonton saja sehingga sebenarnya ada waktu yang hilang. Biasa disebut juga dengan ELIPSIS atau penghilangan waktu yang tak diperlukan
-  waktu penceritaan diperpanjang, yaitu waktu penceritaan ditambah panjangnya dari waktu yang sebenarnya sebuah peristiwa terjadi untuk kebutuhan dramatisasi cerita. Hal ini bisa juga EKSPANSI atau pemanjangan waktu penceritaan.

Editing elipsis tersebut di atas bisa didapat dengan cara:
- optical effect
- dengan frame kosong
- cutaway
- jumpcut
Note: kalau tidak melalui editing, tapi ingin mencapai elipsis waktu, bisa dilakukan dengan mem-fast-motion-kan shot itu sendiri.

Sementara ekspansi waktu tersebut di atas bisa didapat dengan cara:
- slowmotion
- freeze-frame
Atau kalau dengan editing, bisa dilakukan pemanjangan (ekspansi) waktu penceritaan dengan:

c.  FREKUENSI
Yaitu suatu pengulangan suatu aksi untuk kebutuhan dramatisasi (seperti adegan ledakan, atau benda/tokoh yang jatuh) ataupun penyampaian suatu maksud tertentu, sehingga menciptakan waktu penceritaan yang lebih panjang.

PENGETAHUAN DASAR EDITING VIDEO (1)
1)      Kamera digital dan analog
Saat ini, kamera video analog jarang digunakan. Ini karena kamera video digital mampu menghasilkan gambar yang jauh lebih baik, harga terjangkau dan memudahkan aliran kerja terutamanya untuk proses editing digital. Pada umumnya, penggunaan kamera digital memungkinkan kameramen menghasilkan video yang lebih berkualitas dengan biaya yang lebih rendah.

2)      Format video
Format video merujuk kepada jenis kamera dan jenis pita video. Terdapat berbagai jenis format video yang digunakan dan masing-masing mempunyai ciri-cirinya tersendiri. Format video yang paling populer yang digunakan untuk merekam gambar adalah format mini DV. Format ini tergolong dalam format digital. Pita mini DV ini berukuran kecil ( lebih kecil dari kotak rokok ), tidak mahal dan mampu menghasilkan kualitas gambar yang baik. Format digital lain yang ada adalah Digital 8, DVCAM, DVC Pro dan lain-lain.

3)      Master tape
‘ Master tape’ artinya adalah pita master yang digunakan untuk merekam gambar video. Setelah rekaman selesai dibuat, pita ini akan diedit terlebih dahulu sebelum dijadikan VCD atau DVD untuk ditonton. Artinya, ‘master tape’ memuat data image video yang tidak diedit. Walaupun tidak diedit, kualitas gambarnya adalah lebih baik dari VCD atau DVD yang sebenarnya merupakan salinan dari pita asal, hal ini dikarenakan ‘master tape’ belum mengalami proses kompresi.

4)      Editing video
Editing video adalah merupakan satu proses dalam ‘post production’, yaitu satu proses yang dilakukan setelah perekaman gambar. Biasanya, proses kerja yang terlibat dalam proses editing digital adalah seperti berikut:
a) ‘Digitizing’ / capturing – memindahkan image video dari pita ke dalam data digital pada hard disk/cd.
b) Offline editing – memotong / membuang adegan pada video yang tidak menarik dan menyusun ulang setiap adegan pada video dengan mengikuti pada rencana kesinambungannya.
c) Online editing – memasukkan judul video, back sound dan animasi dan spesial effek.
d) Rendering – yaitu proses yang dilakukan setelah editing (offline/online) selesai dilakukan di dalam komputer. Video ini akan dipindah keluar ke dalam bentuk VCD atau DVD, namun sebelumnya perlu dilakukan proses finalisasi tampilan agar bisa dibaca sempurna pada semua player.

5)      VCD & DVD
Gambar video yang telah diedit biasanya akan dipindahkan ke dalam bentuk VCD atau DVD. Seperti yang kita ketahui, format DVD menghasilkan gambar yang jauh lebih baik dari VCD. Pada saat ini, video format DVD lebih disukai karena kualitas yang baik dan biaya yang semakin murah.
6)      Multi Camera System
‘ Multi Camera System’ adalah satu produksi video dimana lebih dari satu kamera video digunakan secara serentak dan kesemuanya dihubungkan kepada satu pusat kontrol. Image terbaik dari salah satu kamera ini akan dipilih silih berganti. Ini menghasilkan gambar video terus menerus tanpa potongan dengan sudut rakaman yang berbeda. Biasanya, image video dari kamera yang terpilih akan disiarkan terus ke screen proyeksi. ‘Multi Camera System’ menjadikan sebuah tampilan video/film lebih menarik dikarenakan menawarkan sudut pandang kamera yang lebih bervariasi dan mampu “menyampaikan” pesan dalam cerita dengan lebih baik.

Ø  Capturing/Digitized Video
Proses capture video (capturing) adalah proses memindahkan hasil rekaman yang disimpan dalam kaset MiniDV dari kamera ke dalam komputer untuk dijadikan sebuah file dengan format digital (avi). Istilah Digitized karena proses yang merubah analog (kaset video) menjadi file digital yang dikenal oleh komputer.
Untuk meng-capture video kita harus membutuhkan salah satu software pendukung antara lain Microsoft Movie Maker merupakan software bawaan yang ada di Windows. Software lain yang bisa digunakan adalah Pinacle, Ulead dan Adobe Premiere, tetapi untuk memakai software ini anda harus membelinya. Dalam pembelajaran ini akan dibahas capture video menggunakan Movie Maker agar anda tidak perlu membeli software pengolah video yang harganya cukup mahal.
Dalam men-capture video, perlu diperhatikan pula koneksi yang digunakan. Karena antara koneksi video analog dan video digital berbeda.
Berikut koneksi yang digunakan oleh video analog dan video digital :
a. Koneksi Video Analog
Secara umum terdapat 3 koneksi yang biasa dipakai :
·  Composite (RCA)
Koneksi analog yang paling sederhana menggunakan 1 buah kabel.

·  S-Video
Memilki kualitas yang lebih baik dari RCA, biasa dipakai oleh perangkat video VHS
·  Component
Koneksi ini yang terbaik, dipakai perangkat video Betacam (Beta-SP) karena kualitas gambar lebih bagus dan terlihat halus.

b. Koneksi Video Digital
Dalam format video digital dikenal 2 jenis koneksi, yaitu :
  1. IEEE 1394
Koneksi ini umum disebut dengan koneksi FireWire (Apple Computer) atau i-Link (Sony Corporation). Koneksi ini merupakan standar koneksi yang memiliki kecepatan transfer sangat tinngi hingga 400 Mbps.
  1. Serial Digital Interface (SDI)
Koneksi ini dipakai untuk konsumen High-End Profesional untuk mengolah digital video format HD (High Defenition) dan SD ( Standard definition), perangkat yang menggunakan koneksi jenis ini sangat mahal dan hanya dipakai pada industri film dan video yang besar.

STANDAR VIDEO DAN FILM
Film yang kita lihat di bioskop adalah film yang diproyeksikan dengan frame rate 24 fps , sedangkan film yang kita lihat di televisi memiliki frame rate sekitar 30 fps (tepatnya 29,97) sesuai dengan standar masing-masing negara. Berikut ini format standar yang digunakan beberapa negara :
Format Standar
Negara
Frame Rate
NTSC
USA, Jepang, Kanada, Meksiko dan Korea
29,97
PAL
Indonesia, Inggris, Australia, Eropa dan Cina
25
SECAM
Perancis, Timur Tengah dan Afrika
25
  
Bagian-bagian Capture Video
Peralatan Yang harus dipenuhi dalam meng-capture video menggunakan Microsoft Movie Maker antara lain:
  1. PC yang digunakan
      1. Pentium4 atau AMD Athlon,
      2. RAM minimal 256 Mb
      3. Harddisk, Putaran Hardisk 7200 rpm dengan kapasitas kosong (space kosong minimal 20 Gb)
      4. VGA card minimal 32 Mb (resolusi monitor 1024x768 pixel)
      5. System operasi Windows XP Home Edition atau Profesinal Edition
  1. Kartu capture video
Kartu capture video dibutuhkan untuk mentransfer/mengcapture dari media analog (kaset mini DV) ke hardisk. Kartu capture video yang paling sering digunakan adalah IEEE 1394 capture card, yang digunakan untuk mencapture format DV ( Digital Video). Anda dapat membeli dengan kisaran harga yang terjangkau.
  1. Kabel Data
kabel data yang digunakan adalah kabel firewire yang didapat jika kita membeli IEEE 1394 card. Kabel data digunakan untuk menghubungkan handycam dengan komputer. 
  1. Handycam/camera video
Pada saat ini sudah ada produk handycam yang menyimpan film dalam DVD R/W yang dapat langsung diputar di komputer untuk di import langsung ke dalam harddisk karena pada saat direkam sudah langsung berbentuk digital sehingga tidak memerlukan handycam dalam proses tranfer ke komputer. Tetapi pada pelajaran ini kita masih menggunakan Handycam / mini DV player yang digunakan untuk menjalankan kaset mini DV yang berisi film, Karena komputer tidak dapat menjalankan film yang masih dalam kaset mini DV

  1. Software Video editing
Microsoft movie maker adalah sofware bawaan yang ada di dalam windows. Walaupun fiturnya masih sederhana dibanding sofware lain, tetapi untuk sekedar mengcapture video dan edit sederhana sudah cukup kecuali anda ingin lebih mendalami editing video secara profesional anda dapat mendalami software Adobe premier.

Langkah-langkah mengcapture Video dengan Movie Maker sebagai berikut :
  • Pastikan kaset mini DV telah terpasang pada mini DV player/handycam dan pada posisi sehabis digunakan untuk mengambil gambar.
  • Hubungkan ujung kabel data pada handycam
  • masukkan kabel video yang lain pada lubang port kartu video/fireware pada komputer.
  • Hidupkan handycam dan atur pada mode VCR
         VCR Mode adalah mode jika kita ingin melihat hasil rekaman pada handycam.
·  Jalankan software Windows Movie Maker dengan memilih
: Start - Program - Windows Movie Maker
·  Maka akan tampil area kerja movie maker
·  Untuk mensetting project yang akan kita buat ikuti langkah berikut, Tools - Options - General:
·  Pada kolom default Author untuk memberi keterangan pembuat/pemilik project. Setiap hasil kerja yang dibuat dalam movie maker disebut sebagai project.
·  Pada kolom Temporary strorage , tentukan tempat penyimpanan file hasil capture video yang akan kita buat.
·  Aktifkan Save AutoRecover info every dan atur waktu untuk menyimpan secara otomatis dengan waktu yang anda inginkan.
·  Selanjutnya klik tab Advenced untuk mengaturan lainnya
·  Pada kolom pilhan Default Durations Pilihan Picture duration untuk mengatur durasi gambar yang dimasukkan dalam timeline, sedangkan Transition duration  berfungsi mengatur durasi transisi default yang  dibuat dalam Timeline. 
·  Pada kolom video properties pilih Pal pada video format dan pilih 4:3 pada pilihan Aspect ratio.
·  Lalu klik OK
·  Langkah selanjutnya adalah mengcapture vide. Klik File - Capture Video, atau klik pada Capture from video device

Pastikan kabel telah terpasang dengan benar antara komputer maka secara otomatis movie maker akan mengenali perangkat yang digunakan.
Selanjutnya akan muncul jendela Video Capture Wizard
isi nama file pada kolom Enter a file name for your captured video
Tentukan tempat penyimpanan pada kolom choose a place to save your captured video.
Kemudian klik next
Selanjutnya akan muncul jendela Video setting untuk mengatur format video yang akan di capture.
Pilihlah Digital Device format (DV-AVI). Pada format ini frame siz : 720x576 pixels dan frame rate: 25 fps dengan format video PAL. Untuk tiap menit membutuhkan ruang sebesar 178 MB.
Lanjutkan dengan mengklik Next
Selanjutnya akan muncul Capture Method utuk memilih metode yang digunakan untuk meng-capture
Pilihlah capture parts of the tape manualy dimana kita dapat memilih bagian yang ingin kita capture sehingga dapat menghemat ruang penyimpanan
Aktifkan show preview during capture untuk melihat gambar video selama proses capture berlangsung.
Lanjutkan dengan mengklik Next>
Selanjutnya akan muncul jendela capture video
Pada kolom DV camera controls anda dapat mengendalikan camera digital dengan melakukan Play, Stop, Rewind dan Forward

Jalankan camera video dengan cara klik tombol Play untuk melihat hasil rekaman

Klik tombol Start Capture untuk memulai proses capture
Klik tombol Stop Capture untuk menghentikan proses capture
Lakukan langkah diatas untuk melakukan capture selanjutnya.
Jika sudah selesai meng-capture, lanjutkan dengan mengklik Finish . Maka secara otomatis file tersebut akan diimport
Hasil import file tersebut akan disimpan dalam Collection pane dan content Pane
Selanjutnya file tersebut masih berbentuk file avi dan siap di edit dan diberikan efek sesuai dengan selera anda. Untuk pembelajaran editing video, dapat anda temukan pada pembelajaran yang lain. Terima kasih.

Ø  LOGGING
Menonton rekaman dan log semua rekaman mentah, mencatat shot yang baik dan yang buruk. Ketika Tuliskan video muncul dan berapa lama shot berlangsung, APA video tentang, dan BAGAIMANA kedengarannya. Tuliskan kutipan baik yang akan Anda gunakan. Sertakan lokasi dalam rekaman setiap shot yang akan Anda gunakan. Untuk log rekaman, mundur ke awal dan memutuskan mana shot yang Anda inginkan. Logging kaset dapat membosankan, tetapi penting untuk mencari gambar nanti. Di bawah ini adalah contoh bagaimana lembar logging :

Contoh LOG CARD
Begin
End
Description
Video
Audio
Comments
00:01:20
00:02:10
Blower Door
Bad Focus
Sound of cars
Keep looking
00:02:35
00:02:50
Insulating
Good
Good
Must Use
00:03:00
00:03:25
Host
Good
Inaudible
No good
00:04:00
00:04:30
Trees/skyline
Good
Good
Use in opening

MENGEDIT
Edit Decision List
Ciptakan sebuah Edit Decision List (Edl) dan script untuk editor. Sebuah Edl adalah bagaimana Anda menyampaikan ide-ide Anda ke editor. Anda daftar urutan adegan yang anda inginkan, bersama dengan judul, kredit, efek khusus, dan musik. Juga termasuk deskripsi singkat video dan audio.

Ekstra

Pilih efek suara, grafis, musik, judul, dan lain "tambahan." Setelah ini selesai, pengeditan dapat dimulai. Kebanyakan produsen menghadiri sesi-sesi pengeditan untuk memperbaiki masalah tak terduga dalam rekaman dan menyempurnakan klip tertentu. Ini tidak akan terjadi jika produsen  meninggalkan kontrol kreatif untuk editor. Mereka meninggalkan Edl dan instruksi khusus bagi editor.



Duplikasi

Setelah editing selesai, produsen akan menyetujui paket akhir. Kemudian, duplikasi dapat dimulai. Ada beberapa pilihan distribusi untuk duplikasi, termasuk VHS, SVHS, CD, DVD, situs Web, dan satelit. Tidak semua orang akan dapat melihat semua pilihan ini, tetapi kebanyakan pemirsa akan dapat melihat VHS tape dan situs Web. Memperoleh Beta kaset, baik yang asli dan diedit, dari produksi atau mengedit perusahaan.


Ø  Berikut ini beberapa kendala yang sering ditemui pada proses editing video :
Disk Full
File video berukuran amat besar apalagi dalam format tanpa kompresi (uncompressed). Proses editing video umumnya menggunakan setting proyek Digital Video (DV) Editing menggunakan format kompresi standar Digital Video, dengan ukuran kira-kira 13.5 GB untuk file video berdurasi 1 jam. Maka sebelum memulai proses capture memang harus dipastikan dulu bahwa hard-disk pada komputer kita memiliki kapasitas yang memadai untuk menampung file hasil capture tersebut. Proses capture dapat terhenti dan memunculkan pesan “Disk Full” jika kapasitas ini tidak memadai.

Drop Frame
Setting proyek editing yang biasa kita gunakan ialah PAL Video dimana satu detik video terdiri dari 25 gambar/frame, atau biasa ditulis dengan 25 fps (frame per second). Jika terjadi kasus Drop Frame, ada frame dari kaset video yang gagal di-capture, menyebabkan klip video menjadi “patah”. Semakin tinggi nilai Drop Frame, artinya semakin banyak frame yang gagal di-capture, makin “patah-patah”  pula gambar video yang dihasilkan. Maka nilai ideal Drop Frame selama proses capture ini ialah 0 (nol). Drop Frame berpotensi terjadi jika hard-disk yang menjadi tempat tujuan penyimpanan hasil transfer dalam keadaan ter-fragmen, yang biasa terjadi jika kita sering mengisi dan menghapus file berukuran besar pada hard disk dan dalam jangka waktu lama tidak dilakukan fungsi Defragmentasi. Maka memang sebaiknya sebelum proses capture dilakukan, kita melakukan cek dulu terhadap hard disk yang akan digunakan untuk menampung hasil capture, apakah hard disk tersebut memiliki kapasitas yang memadai sesuai dengan jumlah/durasi kaset yang akan di-transfer, dan apakah hard-disk itu dalam keadaan defragmentasi.

Device offline (not recognized)
Meskipun player video dan komputer secara fisik telah terhubung, namun mungkin koneksi yang diharapkan tidak terjadi. Berikut ini sejumlah kemungkinan penyebabnya : 1) alat-alat yang terhubung belum dalam kondisi power ON, maka pastikan player video dan komputer dalam keadaan ON; 2) video capture card (atau firewire card) tidak terpasang dengan baik pada slot di motherboard komputer, maka matikan dulu komputer dan pastikan card tersebut tertancap dalam kondisi yang baik/kokoh; 3) Colokan kurang stabil. Baik colokan ke player video, maupun colokan ke komputer, seringkali longgar, cobalah untuk memantapkan colokan ini, dengan harapan ketika koneksi terjadi akan terdengar bunyi “ding” sebagai deteksi otomatis oleh komputer; 4) kabel koneksi gagal berfungsi. Cukup sering ditemui kabel firewire yang rusak sehingga gagal berfungsi dan harus diganti dengan kabel firewire yang baru.

Editing Linier & Digital Editing

Linier editing

Sebelum terciptanya peningkatan kinerja mikroprosesor pada kurun tahun 1990-an yang menjadikan kegiatan editing video dapat dilakukan di personal komputer, metode linier editing ialah metode yang lazim digunakan. Dalam cara ini, kita melakukan peng-editan dengan cara merekam bagian gambar dari satu kaset master (hasil video shooting) ke suatu kaset kosong, dimana kita hanya akan merekam bagian yang kita inginkan dan tidak merekam bagian yang tidak kita inginkan. Maka demikianlah, gambar-gambar yang semula ada di kaset master shooting kini terekam pula di kaset baru dengan pemotongan gambar dan urutan yang baru.
Untuk melakukan prosedur di atas kita memerlukan dua buah player video yang terhubung satu sama lain, satu player bertindak sebagai video sumber dan player lainnya bertindak sebagai perekam video. Langkahnya sederhana : simpan kaset master shooting di video player sumber, dan simpan kaset video kosong di player untuk merekam; lalu play video pada video sumber, amati gambarnya, dan tekan tombol “record” pada player rekam hanya jika kita melihat gambar yang kita kehendaki, demikian bisa terus berlanjut hingga muncul gambar yang tidak dikehendaki lalu kita tekan kembali tombol record untuk menghentikan proses perekaman.
Metode di atas disebut sebagai “editing linier” karena harus dikerjakan secara linier (searah), mulai dari hasil shooting pertama hingga hasil shooting terakhir. Karena gambar langsung ter-rekam pada kaset kosong pada lokasi tertentu, maka editor video tak memiliki banyak keleluasaan untuk merubah urutan gambar, apalagi berbuat salah atau berubah pikiran kemudian. Jika demikian halnya, maka ia harus memakai kaset kosong baru dan memulai lagi dari awal. Kesulitan seperti ini takkan kita temui pada metode digital editing seperti yang akan dijelaskan berikut ini.  

Editing Non-Linier atau Digital Editing

Pada metode ini, gambar video dari kaset video lebih dulu di-transfer ke dalam format digital berupa file komputer dan disimpan di hard disk komputer melalui proses video capture. Saat kita telah punya stok file video di komputer ini, maka footages ini siap di-edit menggunakan software editing video khusus untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dalam metode digital editing ini, klip video ditampilkan dalam “garis waktu” di layar komputer sebagai bar (batang memanjang) yang berisi sejumlah informasi seperti cuplikan gambar, sound, durasi klip dan segenap informasi lain. Sebuah garis vertikal berperan sebagai indikator waktu yang dapat bergerak maju mundur (ke kanan atau ke kiri)  sepanjang garis waktu tersebut, memberi kita kebebasan untuk menentukan bagian video mana yang ingin dikerjakan. Inilah sebabnya metode ini disebut sebagai “non-linier”, karena kita tidak melakukannya secara searah. Ketika proses editing video ini selesai, maka rangkaian video hasil edit ini dapat direkam kembali ke kaset video atau cd/dvd, biasanya setelah editor melakukan banyak cek serta perbaikan.